TRANSLATE THIS BLOG

Translate this page from Indonesian to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Widget edited by Anang

Thursday, October 17, 2013

Treasure of Light




Temaram api membayang memaksa lensa mata untuk beradaptasi dengan keadaan. Tangan bergetar meraba setiap relief mencari topangan untuk berdiri. Selagi membersihkan debu yang mendekap dengan kuatnya, Ciel menguatkan topangannya.
“Apa yang sebenarnya barusan terjadi? Sepertinya aku terjatuh pingsan karena cahaya tadi.”, sambil mengamati keadaan sekitar yang hancur dan terbakar seperti meteor dalam legenda Gods’ Treason. Mendadak terasa aura tekanan yang daritadi sebenarnya terasa samar-samar, akan tetapi ini jelas nyata.
“Siapa disana! Keluarlah dan hadapi aku dalam Fiducia Dimension. Aku tahu daritadi kau mengikuti diriku pengecut!”
Suara Ciel hanya membentur alam, menggaung tiada balasan. Sepi, sunyi, dan tidak menampakkan apapun. Ciel mulai menarik belati untuk berjaga dari serangan tiba-tiba mengingat akhir-akhir ini banyak kejahatan yang sedang terjadi di desa Villant.
Mendadak angin bergemuruh, terlihat jejak bayangan yang cepat, hampir bersatu dengan gelapnya malam hingga akhirnya semua kembali tenang. Tampaklah seorang perempuan cantik yang memakai jubah berwarna biru safir dengan bulu yang sangat tebal dan pedang yang memiliki sarung bermata Truth Stone, pertanda bahwa dia bukan orang sembarangan. Tingginya hampir setara dengan mata yang menghias seakan mampu merasuki setiap jiwa perjaka. Wajahnya yang manis dan...
“Siapa kamu? Mau apa kamu mengikuti aku?”, tanya Ciel mencoba mengembalikan kewaspadaannya.
“Aku Scintilla Spada, kamu bisa memanggilku Tila. Maaf bila aku membuatku merasa terancam. Aku hanya ingin berteman denganmu. Aku tahu tujuan kita sama. Aku ingin bersama denganmu.”
 Kata-katanya seakan hipnotis dari penyihir Doroth yang melegenda, merasuk menggetarkan hati. Ciel mengamati keindahan yang tampak mendekati sempurna ditambah dengan pedang yang...
“Tunggu dulu! Aku tidak mengenalmu dan tiba-tiba kamu ingin berteman denganku. Kamu memiliki pedang yang langka dan kuat. Apa sebenarnya maksud dan tujuanmu?”
Dia pun kemudian maju selangkah demi selangkah, mendekat tanpa memiliki rasa takut sedikitpun. Dia seperti bidadari yang melangkah dengan kepastian, tanpa ragu untuk meraih seseorang.
“Aku sungguh memerlukan bantuanmu. Aku tidak yakin harus bagaimana. Hanya dengan pedang ini, tak mungkin aku sanggup menggapai keinginanku menghancurkan Figlio Di Inferno!”
Kalimat terakhirnya terucap tepat saat dia berada didepan batang hidup Ciel. Ciel pun luluh, teringat saat kehilangan semuanya, saat monster jahannam itu menghancurkan Bezarius Wall, tempat desa kelahirannya berada. Sesaat kemudian dia memeluk erat sambil menumpahkan segala pedih yang tertumpuk belasan tahun lamanya. Saat Ciel mulai memejamkan mataku mengistirahatkan sejenak menenggelamkan diri pada nostalgia lama akan keluarga, mendadak datanglah sekelompok orang asing.
“Siapa kalian!”, sembari membatasi tatapan mereka terhadap Tila yang masih bersedih.
“Aku tidak mencarimu anak muda. Aku hanya menginginkan perempuan muda yang ada dibelakangmu itu untuk diserahkan kepada Figlio Di Inferno untuk dijadikan sebagai pelacurnya.”, jawab 3 orang sembari tertawa hingga mengguncang jubah baja yang mereka pakai.
“Aku tidak akan membiarkan tindakan kalian penjahat! Fiducia Regret!”
Dimensi pun bergetar, terpanggil akan darah yang akan tumpah mengalir dari salah satu pihak. Ciel pun mengeluarkan belati rahasia yang jarang dia gunakan selama mengembara kecuali ada penjahat yang yang dianggapnya cukup kuat. Nampak aurora memancar dari belati itu, menampakkan adanya kekuatan yang terkubur didalamnya. Belati itu semakin memancarkan gurat hijau yang mengukir setiap sudut belatinya, mengubah bentuknya menjadi sesuatu yang aneh, bukan sebuah belati biasa. Ujungnya runcing dengan punggung melengkung dan terpotong seakan sirip naga utara dan sebaliknya seperti gigi naga selatan.
“Hah! Singkirkan saja mainanmu daripada harus mati melawan prajurit tangguh seperti kami ini sebelum kepalamu terpenggal.”, jawab salah seorang dari mereka dengan menampakkan kapak dan perisai besar mereka.
“Kalian lah yang akan terdiam dan malu harus memakai jubah prajurit seperti itu.”
Peperangan pun dimulai. Para prajurit tersebut menyerang dari 3 penjuru, berlari mendekati Ciel. Ciel pun menarik belatinya kedepan sembari menutup matanya, bersatu dalam irama alam. Para prajurit pun berlari semakin dekat.
“Spaccatura!”
Teriakan Ciel membuat belati itu bergetar. Diayunkanlah belati itu ke suatu titik didekatnya, hanyalah sebuah angkasa yang kosong. Mendadak terdengar retakan yang merambat cepat, membelah angkasa menjadi kepingan-kepingan. Dunia terasa seperti kaca yang mengalami kerusakan, retakan yang terus merambat keluar dengan cepat dan meraih para prajurit itu, membuat semua hal yang terjangkau oleh retakan itu terhenti dalam hampa. Seketika keluarlah cahaya lembut dari belati yang menandakan hancurnya semua retakan itu menjadi kepingan cahaya yang lambat laun sirna. Semuanya terlihat seperti sedia kala, tiada kehancuran seperti terbelahnya tanah sesuai yang nampak pada retakan tadi. Semua kembali, kecuali para prajurit yang terjatuh diam tak bernyawa.
“Bruk!”
Ciel pun jatuh tak sadarkan diri. Meninggalkan dengan tenang pertarungan tadi. Mengistirahatkan sejenak tubuhnya yang masih lemah karena kejadian misterius sebelumnya.



*bersambung*
Tolong ya komentarnya untuk perbaikan~ :3

2 comments:

  1. kaaakk!!! kereeeenn!!! d*-*b tapi bahasanya ribet banget kak -,- tapi keren kok kak!! walaupun bahasanya masih kak adit banget (re: lebay) tapi ini keren banget kaak (y)

    ReplyDelete