TRANSLATE THIS BLOG

Translate this page from Indonesian to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Widget edited by Anang

Thursday, October 17, 2013

Treasure of Light




Temaram api membayang memaksa lensa mata untuk beradaptasi dengan keadaan. Tangan bergetar meraba setiap relief mencari topangan untuk berdiri. Selagi membersihkan debu yang mendekap dengan kuatnya, Ciel menguatkan topangannya.
“Apa yang sebenarnya barusan terjadi? Sepertinya aku terjatuh pingsan karena cahaya tadi.”, sambil mengamati keadaan sekitar yang hancur dan terbakar seperti meteor dalam legenda Gods’ Treason. Mendadak terasa aura tekanan yang daritadi sebenarnya terasa samar-samar, akan tetapi ini jelas nyata.
“Siapa disana! Keluarlah dan hadapi aku dalam Fiducia Dimension. Aku tahu daritadi kau mengikuti diriku pengecut!”
Suara Ciel hanya membentur alam, menggaung tiada balasan. Sepi, sunyi, dan tidak menampakkan apapun. Ciel mulai menarik belati untuk berjaga dari serangan tiba-tiba mengingat akhir-akhir ini banyak kejahatan yang sedang terjadi di desa Villant.
Mendadak angin bergemuruh, terlihat jejak bayangan yang cepat, hampir bersatu dengan gelapnya malam hingga akhirnya semua kembali tenang. Tampaklah seorang perempuan cantik yang memakai jubah berwarna biru safir dengan bulu yang sangat tebal dan pedang yang memiliki sarung bermata Truth Stone, pertanda bahwa dia bukan orang sembarangan. Tingginya hampir setara dengan mata yang menghias seakan mampu merasuki setiap jiwa perjaka. Wajahnya yang manis dan...
“Siapa kamu? Mau apa kamu mengikuti aku?”, tanya Ciel mencoba mengembalikan kewaspadaannya.
“Aku Scintilla Spada, kamu bisa memanggilku Tila. Maaf bila aku membuatku merasa terancam. Aku hanya ingin berteman denganmu. Aku tahu tujuan kita sama. Aku ingin bersama denganmu.”
 Kata-katanya seakan hipnotis dari penyihir Doroth yang melegenda, merasuk menggetarkan hati. Ciel mengamati keindahan yang tampak mendekati sempurna ditambah dengan pedang yang...
“Tunggu dulu! Aku tidak mengenalmu dan tiba-tiba kamu ingin berteman denganku. Kamu memiliki pedang yang langka dan kuat. Apa sebenarnya maksud dan tujuanmu?”
Dia pun kemudian maju selangkah demi selangkah, mendekat tanpa memiliki rasa takut sedikitpun. Dia seperti bidadari yang melangkah dengan kepastian, tanpa ragu untuk meraih seseorang.
“Aku sungguh memerlukan bantuanmu. Aku tidak yakin harus bagaimana. Hanya dengan pedang ini, tak mungkin aku sanggup menggapai keinginanku menghancurkan Figlio Di Inferno!”
Kalimat terakhirnya terucap tepat saat dia berada didepan batang hidup Ciel. Ciel pun luluh, teringat saat kehilangan semuanya, saat monster jahannam itu menghancurkan Bezarius Wall, tempat desa kelahirannya berada. Sesaat kemudian dia memeluk erat sambil menumpahkan segala pedih yang tertumpuk belasan tahun lamanya. Saat Ciel mulai memejamkan mataku mengistirahatkan sejenak menenggelamkan diri pada nostalgia lama akan keluarga, mendadak datanglah sekelompok orang asing.
“Siapa kalian!”, sembari membatasi tatapan mereka terhadap Tila yang masih bersedih.
“Aku tidak mencarimu anak muda. Aku hanya menginginkan perempuan muda yang ada dibelakangmu itu untuk diserahkan kepada Figlio Di Inferno untuk dijadikan sebagai pelacurnya.”, jawab 3 orang sembari tertawa hingga mengguncang jubah baja yang mereka pakai.
“Aku tidak akan membiarkan tindakan kalian penjahat! Fiducia Regret!”
Dimensi pun bergetar, terpanggil akan darah yang akan tumpah mengalir dari salah satu pihak. Ciel pun mengeluarkan belati rahasia yang jarang dia gunakan selama mengembara kecuali ada penjahat yang yang dianggapnya cukup kuat. Nampak aurora memancar dari belati itu, menampakkan adanya kekuatan yang terkubur didalamnya. Belati itu semakin memancarkan gurat hijau yang mengukir setiap sudut belatinya, mengubah bentuknya menjadi sesuatu yang aneh, bukan sebuah belati biasa. Ujungnya runcing dengan punggung melengkung dan terpotong seakan sirip naga utara dan sebaliknya seperti gigi naga selatan.
“Hah! Singkirkan saja mainanmu daripada harus mati melawan prajurit tangguh seperti kami ini sebelum kepalamu terpenggal.”, jawab salah seorang dari mereka dengan menampakkan kapak dan perisai besar mereka.
“Kalian lah yang akan terdiam dan malu harus memakai jubah prajurit seperti itu.”
Peperangan pun dimulai. Para prajurit tersebut menyerang dari 3 penjuru, berlari mendekati Ciel. Ciel pun menarik belatinya kedepan sembari menutup matanya, bersatu dalam irama alam. Para prajurit pun berlari semakin dekat.
“Spaccatura!”
Teriakan Ciel membuat belati itu bergetar. Diayunkanlah belati itu ke suatu titik didekatnya, hanyalah sebuah angkasa yang kosong. Mendadak terdengar retakan yang merambat cepat, membelah angkasa menjadi kepingan-kepingan. Dunia terasa seperti kaca yang mengalami kerusakan, retakan yang terus merambat keluar dengan cepat dan meraih para prajurit itu, membuat semua hal yang terjangkau oleh retakan itu terhenti dalam hampa. Seketika keluarlah cahaya lembut dari belati yang menandakan hancurnya semua retakan itu menjadi kepingan cahaya yang lambat laun sirna. Semuanya terlihat seperti sedia kala, tiada kehancuran seperti terbelahnya tanah sesuai yang nampak pada retakan tadi. Semua kembali, kecuali para prajurit yang terjatuh diam tak bernyawa.
“Bruk!”
Ciel pun jatuh tak sadarkan diri. Meninggalkan dengan tenang pertarungan tadi. Mengistirahatkan sejenak tubuhnya yang masih lemah karena kejadian misterius sebelumnya.



*bersambung*
Tolong ya komentarnya untuk perbaikan~ :3

Tuesday, October 15, 2013

Perca Memori Hidup Risnanta Wildan Sambodo



Suatu ketika pada tanggal 14 Oktober 1995 di Semarang lahirlah seorang anak laki-laki bernama Risnanta Wildan Sambodo, seorang yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada pasangan Priyo Sambodo dan Erna Maryati, beruntunglah mereka. Ini bukanlah biografi untuknya, inilah suatu cerita. Bukan cerita mengada-ada meskipun ada kelebihan rabaan, karena semua teracu pada suatu realita. Pembuka sebagai pelipurnya, penutup semoga tiada jadi lara.
O iya ini untuk hadiahnya ya yang ke 18 tahun katanya, meskipun nampak lebih tua, dan siap-siap tisu ya Wil~
***
Oke, aku pertama tahu orang satu ini yaitu pada saat jadi admin ****55 pada jaman dahulu kala, entah kapan itu. Pada saat itu Zaky bingung karena tiada yang mau menjadi admin dan tiba-tiba orang inilah yang mau jadi admin. Sungguh aku tak peduli dengan manusia ini, hingga suatu ketika...
Tersingkaplah semuanya!!! *JEDERRR* #CUT!
Kali ini aku akan menceritakannya dengan alur yang maju mundur atas bawa kiri kanan, so jangan sampai bingung ya... :v

Tahukah siapa dia?
Ya! Si kurus kerontang namun memiliki peluang besar menghabiskan banyak makanan ini biasa disebut Wildan, Willy, Wil (wanita idaman lain? :O ), Dan. Lihat betapa labilnya dia ketika menerima PDA yang belum disetrika, belum lengkap atributnya, serta baru saja didapat; dipakailah PDA itu dengan semena-mena tanpa memperhatikan estetika demi mendapatkan foto Ter-Update!!!
Kesemena-menaannya pun tidak berhenti sampai disitu. Seperti data diatas, dapat disimpulkan bahwa manusia satu ini memiiki tngkat kerakusan yang cukup tinggi. Berikut laporan dari lapangan oleh reporter kami~

Saat semua riuh gembira dengan suasana yang hangat, dia masih fokus dengan makanan; mungkin karena takut bahwa akan ada seseorang yang akan mengambil makanannya. Sementara yang lain berekspresi, dia salah mengapresiasi.

Lihat gerombolan manusia panitia Gath 55 ini, mana hayo si Wildan? Yap! Pasti setuju lah yaitu yang mukanya terlihat jauh lebih tua dari umurnya, sudah seperti opa-opa malahan~
Dia juga memiliki jiwa ke-eksis-an yang tinggi. Reporter kami telah melakukan studi kasus dan mendapatkan bukti nyata tentang ke-eksis-annya. Berikut kami laporkan~

Pada bukti diatas nampak bahwa dia seperti layaknya makhluk astral yang muncul secara tiba-tiba disudut yang tak terduga agar dapat menapakkan dirinya dikalangan manusia. Dengan kostum ala ibu rumah tangga yang suka memasak gorengan, dia dengan wajah tanpa dosa menyelinap ke kelompok sebelah agar tertangkap kamera. Tiada kuasa kamera menolak karena sempat bias dikiranya.

Akan tetapi, mungkin semua berubah ketika Iqoh datang~ *eh kok~ *sorry Qoh, ketangkep kamera~ :v
Yap, mereka itu Wildan sama Iqoh yang hubungannya sangat complicated di twitter. Wildan yang selalu MODUS MODUS MODUS in si Rofiqoh(Iqoh), namun selalu tergantungkan oleh suatu hal yang tak menentu~ #tsaaaah   Mereka sempat dipasangkan dengan singkatan R&R, tapiiii.... *simak cerita selanjutnya*
Semoga saja dengan kehadiran Iqoh, hidup Wildan dapat sedikit terangkat dari keterpurukannya~ Kok bisa???
Tiada suram ketika awan gelap selalu membuntuti. Menampak disudut, seakan mengancam, seakan sirna, seakan mata-mata.
Entah sampai kapan kegelapan selalu nampak disudut itu.
Sampaikah pelangi yang menjalar lembut mencoba mengantarnya ke aungan, ataukah akan selalu mengendap di dasar hati.
Oke, Wildan, seorang mantan calon finalis OSN Komputer ini memiliki masa lalu yang menarik. O iya, aku hanya bisa memberikan 40% dari data yang ada karena suatu hal menyangkut sensitivitas perasaan. O ya, bagi pasukan NoMention di twitter, pastinya sering kan melihat kegalauan Wildan? Tahukah mana yang asli dan mana yang sekedar alibi?
Aku telah mengambil sedikit memori dari beberapa orang suatu malam, mencoba membaca kenangan yang ada, dan begitulah jawabannya~
Coba kita simak kegalauan Wildan yang satu ini, menurut kalian asli apa sensasi?

Yap, keduanya!!! #ehh Asli lebih tepatnya~
Wah, kak Adit sok tahu nih!
Bukannya sok tahu, memang begitu kejadiannya. Sebenarnya sih aku sudah pensiun dalam hal semacam ini, terakhir itu semester lalu dan itu karena suatu hal yang mengesalkan, sampai melakukan sistem Spider untuk menyukseskannya.
Suatu ketika, ada seseorang yang memikat hati. Sungguh hati risau karenanya, mencoba untuk mendekatkan diri, hanya sebuah permainan dia rasa. Sungguh gelisah akan hidup, ketika tertarik pada seseorang, dekat, sangat dekat, tapi tiada diketahui. Seandainya ungkapan hati bisa dirasakan olehnya, tiada pusing dibuatnya. Semua, terasa begitu sulit, saat engkau tak menyadari tentang diriku.
Sesungguhnya dia ada di dekatmu
Tapi kau tak pernah menyadari itu
Dia s'lalu menunggumu
Untuk nyatakan cinta
Sesungguhnya dia adalah diriku
Lebih dari sekedar teman dekatmu
Berhentilah mencari
Karna kau t'lah menemukannya
Sungguh sulit menahan gejolak hati, sebagai seorang yang beranjak pada usia rentan akan suasana hati. Sudah jenuh terasa menunggu, hingga keputusan terbulatkan, tekad diperjuangkan.
Pada saat kelas 2 SMA akhirnya Wildan “menembak” seseorang itu, seorang yang membuatnya resah, entah kapan benar-benar dapat dilegakan. Bahkan sampai sekarang, aku rasa (berdasarkan jebakan melalui sms dan twitter) Wildan masih sulit bahkan masih sering mengungkit-ungkit.
Manis senyumnya, tiada pernah terlupakan. Selalu terucap entah sadar atau tidak. Meski tiada balas dalam berucap, tetapi tak cukup buruk untuk dihilangkan. Cukup muak untuk mengenang, cukup naif untuk menghapuskan.
Ya, R.A.S. , itulah inisialnya. Ya, mungkin itu sempat membuatnya sedikit teringat juga akan dia saat singkatan R&R sempat booming dikalangan NoMention karena singkatan itu tanpa sengaja memilik makna yang lain juga, bukanlah sebuah Deja Vu~
Aku sempat bingung apakah akan memuat gambarnya disini. Aku sempat merasa bingung akan hal itu. Tapi,ahh.. Sungguh bingung diriku. Akan tetapi.... Karena aku percaya Wildan akan menepati janjinya tidak akan marah, maka ya inilah dia R.A.S.
 *sengaja dikecilin fotonya*
Sekian hadiah ceritaku, jangan galau ya Wil... Maaf lho kalau mengingatkanmu pada kenangan yang unforgettable itu...
Jadi, selamat bertambah umur ya, semoga tambah dewasa dan umurnya berkah, tiada hambatan yang menyulitkan. :3

Tambahan : Katanya Wildan dia sudah mulai melupakan meskipun berat, tetap semangat ya~
Mungkin alasan dia dapat melupakannya karena ini~ *baru diambil 17 menit setelah postingan dibaca mereka*

Narasi WIsata Rohani



Saat kita merasa...
Mulai bosan pada rutinitas harian
Lelah menghadapi sibuknya kuliah
Sesak melihat ramainya ibukota
Jenuh pada suasana yang ada

Atau saat dimana
Iman kita terasa melemah
Futur tak mau luntur
Dan semangat hilang dalam sekejap

STOP!!!!

Masih mau merasakan kejenuhan tersebut~
Ayo lepaskan kepenatan dihati
Merasakan indahnya ciptaan-Nya
Menambah warna dalam kehidupan bersama
Mengisi rasa kosong dalam jiwa
Bersama memperkukuh Ukhuwah Islamiyah
Bersatu dalam Wisata Rohani

Ada apa saja sih di Wisata Rohani Wish Muharram 1435H kali ini?
Mau tahu~
Menuju ke daerah nan sejuk dan menawan
Kota Kembang biasa dipanggilnya
Rekreasi dibalut islami yang indah
Ditemani rayuan alam nan menggoda
Merakit kebersamaan dalam outbond yang seru
Mengokohkan iman dalam kajian yang bermanfaat
Membahas topik masa kini~ Anak muda harus tahu!
Ditambah dengan jalan-jalan ke daerah wisata yang mendamaikan hati
Dan yang terpenting~
Kemakmuran perut, terjamin!
Jadi, apalagi yang ditunggu?
Ayo ikuti Wisata Rohani Wish Muharram 1435 H!

Monday, October 14, 2013

Kegundahan Si Paus Gembul




“Pengumuman! Pengumuman!”. Terdengar suara petugas kampus bagian kemahasiswaan sedang membacakan suatu pengumuman penting di kampus ini. Pengumuman pembagian kelas akhirnya ditempelkan rapat berjajar di mading kampus. Mahasiswa-mahasiswi berlari berduyun-duyun menyusuri anak tangga mendekati kertas pengumuman pembagian kelas tersebut. Tak terkecuali si Darko. Darko adalah seorang mahasiswa di sekolah kedinasan ini. Dia berperawakan tinggi dan putih. Badannya gembul dan wajahnya yang baby face sering membuat orang lain gemes melihatnya.
“Misi misi misi.” Darko pun tak kalah ingin segera melihat kelas yang akan dia masuki.
“Ah akhirnya ketemu juga namaku!” sembari mengarahkan jari telunjuknya ke kertas yang tertulis namanya.
Darko Widiatmoko. Ketemu juga nama terkeren sedunia ini. Dari tadi aku cari-cari dari kelas awal, eh ternyata aku dapat kelas abjad terakhir.” Gerutu Darko karena namanya tertera di kelas abjad terakhir di kampusnya.
“Kalo tau gini tadi aku cari dari bawah aja deh. Capek kali ngangkat tangan terus sambil nunjuk sana sini. Untung tanganku gak sampai kram.”
Sekolah tinggi dimana tempat menuntut ilmu Darko ini menyediakan tiga belas kelas dalam setiap tingkatnya yakni dari kelas A sampai M. Setelah melihat namanya tercantum di bagian kelas M, Darko pun melangkah mundur untuk keluar dari kerumunan para mahasiswa. Ketika dia melangkahkan kaki kanannya mundur selangkah, tanpa sengaja terdengar suara jeritan lirih dari belakangnya.
“Aw..!” Terdapat seorang gadis tengah menjerit dengan lirihnya di belakang Darko.
“Astaghfirullah. Kakimu terinjak kaki kananku ya?” tanya Darko.
“Hmmt.. Iya.” Jawab gadis itu sambil menundukkan kepalanya.
“Aduh maaf ya, aku beneran gak sengaja nih. Maklum ramai banget disini, jadi agak susah gerak deh. Apalagi badanku gedhe gini, jadi ya agak susah juga buat mengawasi kakiku biar gak nginjek kaki orang, apalagi kaki cewek.” Sahut si Darko dengan gaya konyolnya.
“Iya, gak papa. Nyantai aja.” Jawab santai sang gadis.
Darko pun mempersilakan gadis itu untuk melihat pengumuman pembagian kelas. Kemudian dia berjalan keluar dan menuju ke tempat favoritnya di kampus yaitu kantin. Dia termasuk orang yang suka makan. Tak heran jika badan yang dimilikinya adalah tipe big size.
Saat dia menikmati hidangan yang disajikan Bu Iyem, ada dua orang temannya muncul dan membuatnya kaget.
“Buadaalaa!!”
“Ah Cahyo gak lucu nih! Lihat nih makananku ada yang tumpah kan. Ingat, makanan itu berharga. Kasihan nih perutku, jatah makannya kamu buang gitu aja.” Gertak Darko kesal karena sahabatnya, Cahyo dan Dito.
“Haha.. Dasar Paus alay, baru juga gitu aja udah ngambek. Makanan jatuh dikit gitu aja protesnya minta ampun kayak gak pernah makan aja nih. Ingat, cadangan masih banyak tuh.” Sindir Dito sambil memukul perut Darko.
Paus adalah julukan tersendiri dari kedua sahabat Darko. Entah kenapa julukan itu pantas diperoleh Darko, seorang baby face gembul yang hobi makan dan tidur.
Keesokan harinya, Darko mulai memasuki kuliah perdananya di Kampus. Sayangnya, tiga serangkai yang terdiri dari Darko, Cahyo, dan Dito tidak sekelas. Cahyo memasuki kelas yang sama dengan Darko yakni kelas 1-M, sedangkan Dito masuk kelas 1-H.
Hal pertama yang dilakukan di dalam kelas 1-M adalah perkenalan. Sesama anggota baru dari kelas ini selayaknya berkenalan untuk mengakrabkan satu sama lain.
“Hai. Perkenalkan teman-teman. Namaku Darko Widiatmoko. Aku berasal dari Surakarta. Sebut saja Darko. Itulah panggilanku” si Darko memperkenalkan diri.
Giliran selanjutnya adalah seorang gadis yang tanpa sengaja kakinya terinjak oleh Darko sewaktu pengumuman pembagian kelas. Darko pun terkejut melihatnya, ternyata gadis bersuara lirih itu sekelas dengannya.
“Lhoh dia kan yang tadi kakinya aku injak. Aduh gimana nih. Semoga saja dia lupa masalah itu.” Gumam Darko sambil harap-harap cemas.
Gadis ini bernama Nurul Hasna. Dia menjadi sesosok wanita yang mendadak menjadi primadona di suatu sekolah kedinasan ini. Wajahnya yang manis, pipinya yang merah merona, bulu matanya yang lentik, dan sikapnya yang begitu menawan membuat para lelaki di kampus itu terkagum kagum olehnya. Bahkan, para bidadari pun mungkin dibuat iri karena keanggunannya. Sesekali, dia berjalan di depan kerumunan banyak mahasiswa dengan kepala tertunduk. Karena kepiawaiannya dalam menjaga diri ini, banyak lelaki yang memendam hati padanya.
Rasa damai saat memandangnya tanpa terasa menyudahi begitu saja perkenalan singkat tersebut.
“Eh kok cepet banget sih? Bukannya baru aja maju ya tadi?” Gumam Darko dalam hati.
Setelah perkenalan, secara maraton tanpa ada permisi langsung dilanjutkan dengan materi mata kuliah. Lama tidak membuka, bahkan melirik buku sekalipun membuat kuliah pagi ini terasa berat. Darko kemudian memalingkan muka ke belakang mencari dimana paras anggun tadi berada.
“Ah disana ternyata,” sembari bergumam sambil menghindari pandangan dosen dengan hati-hati.
Nurul terlihat diam, tenang, memperhatikan, seperti air dalam telaga seakan tidak akan ada suatu hal buruk yang akan berani menjamahnya sampai ketika,
Ketika Darko sedang keadaan lengah alias sedang memperhatikan gadis pujaannya itu, teman sebangkunya yang tidak lain adalah Cahyo mengambil smartphone dari mejanya dan membajak salah satu media sosial milik Darko. Tanpa berpikir panjang, Cahyo mengetik emoticon ‘:*’ kepada Nurul di jendela obrolan. Sebenarnya Cahyo tidak berniat buruk apapun. Dia memang memiliki kebiasaan buruk bercanda yang berlebihan dan lepas kontrol.
Sebelum Darko tersadar bahwa akunnya dibajak, Cahyo mengembalikan smartphone milik Darko dengan cepat kilat. Saat Darko memperhatikan Nurul, tiba-tiba dia dibalas dengan tatapan sinis si Nurul. Setelah Nurul melihat handphone miliknya, sikap Nurul menjadi berbeda kepada Darko. Darko pun mulai bingung kenapa tiba-tiba sikapnya berubah secara mendadak terhadapnya. Melihat perubahan sikap itu, kemudian Darko memalingkan pandangannya dan mulai memperhatikan dosen.
Selama sesi berlangsung, Darko tidak berkonsentrasi karena memikirkan perubahan sikap Nurul terhadapnya secara mendadak. Dan akhirnya “Waktu kuliah tinggal 5 menit lagi.” terdengar suara operator peringatan dengan suara wanita yang sangat lembut. Darko berniat untuk menemukan akar masalah dari semua ini saat istirahat nanti.
Bel operator tanda selesai sesi perkuliahan pun terdengar dan para mahasiswa segera meninggalkan ruang kelas. Nurul telah meninggalkan ruang kelas sebelum Darko menanyakan sesuatu kepada Nurul.
Kemudian Darko pergi ke kantin dan disana telah menunggu kedua sobat karibnya yang sedang makan yakni Cahyo dan Dito. Darko mulai cerita kejadian yang dialaminya selama sesi perkuliahannya.
“Aku bingung dengan perubahan sikap Nurul terhadapku hari ini.” Curhat Darko.
“Memangnya kenapa?”tanya Dito.
“Tadi tiba-tiba dia bersikap sinis kepadaku. Entah kenapa aku juga gak tahu. Masak kesamber gledek? Padahal juga ga ada gledek hari ini.” Jawab Darko.
“Maaf ni Ko. Sebenernya... Sebenernya... Tadi....” ujar Cahyo terbata-bata.
“Kenapa yo? Ngomong jangan setengah-setengah dong.” Sahut Darko.
“Sebenarnya tadi aku ngebajak akunmu. Hasrat menjahiliku sudah bikin aku kesurupan Ko. Maaf ya Ko.” Jawab Cahyo sesal.
“Apa? Kamu membajak akunku?”
Kemudian Darko membuka akunnya dan dia terkejut setengah mati.
“Pantesan.. Pantesan dia sesinis itu kepadaku. Ternyata kamu pelakunya ya Yo. Asli! Kamu itu bener-bener kelewatan Yo!” Jawab Darko dengan marah.
“Iya tuh kamu, Yo. Kamu lihat-lihat juga dong target jailmu. Orang sekalem Nurul bisa-bisanya kamu jahilin juga. Haha... Sudah-sudah! Mending sekarang mikirin gimana caranya menjelaskan ke Nurul.” Jawab Dito.
“Memang gimana??” tanya Darko.
“Kalian sudah tahu belum kalau minggu depan mau diadakan Perkemahan Budaya Angkatan di Bogor?” Tanya Dito sambil mendorong tahu bakso yang besar itu masuk kemulutnya.
“Lhoh, kok aku gak tahu? Itu acaranya gimana?” Darko pun hanya bisa memandangi Cahyo dan Dito berharap mendapat jawaban yang jelas.
“Ah apaan sih yang kamu tahu? Kamu kan apatis, ingetnya makan muluk. Acaranya itu besok minggu depan di Bogor dan dengar-dengar sih akan ada persembahan kelompok dimana tiap kelas terbagi menjadi dua kelompok untuk menampilkan persembahan yang berbeda.” Jawab Dito dengan panjangnya.
“Wah asyik nih, semoga saja aku sekelompok sama si Nurul dan aku juga bisa meluruskan kesalahpahaman ini.” Darko berkata dengan penuh harapan.
Website angkatan jelas terbuka daritadi, tidak ada aktivitas yang muncul, hanya menunggu dan menunggu.
“Cling! Cling!”
Akhirnya terdengar nada pemberitahuan muncul. Terlihat bahwa pengumuman kelompok sudah dirilis.
“Aku masuk kelompok apa ya?” Gumam Darko sambil mengepalkan tangan menahan adrenalin penantian yang berjolak.
Sayang seribu sayang, apa yang diharapkan oleh Darko yakni satu kelompok dengan sang bidadari bersuara lirih alias Nurul tidak dapat terwujud. Darko masuk ke kelompok dancing, sedangkan nama Nurul ada di kelompok singing. Di kelas Darko memang dibagi menjadi kelompok dancing dan singing karena mereka ingin mementaskan pertunjukkan dari kelompok menari dan menyanyi.
Kesepakatan pun sudah ditetapkan. Darko pun tiada bisa berbuat apa-apa lagi.
“Tiada daya aku tak kuasa mengubah semua ini. Semua telah diketuk palu.” Gumam Darko sok puitis.
Setelah membaca pengumuman kelompok, hati Darko terasa tertusuk-tusuk. Karena terlalu kecewa dan putus asanya sampai dia merasakan daging di badannya terasa teriris-iris tipis. Darko termenung dan melamun sendiri dan tiba-tiba datanglah sohib-sohibnya. Cahyo dan Dito datang dengan tiba-tiba lalu mereka mendadak mendorong badan besar Darko dari belakang. Namun badan darko rupanya lebih dahsyat pantulannya daripada dorongan Cahyo dan Dito. WOOW!! Dua lawan satu tetap aja menang Darko.
“Kalian tuh ngapain sih tiba-tiba nongol dari belakang? Asal kalian tahu aja nih, badanku terbuat dari 10 tumpukan kasur busa,” menjawab candaan si Cahyo dan Dito.
Darko memang lihai dalam memainkan ekspresi untuk menutupi suasana hatinya. Dia berusaha menyembunyikan dengan seaman-amannya dari siapapun tentang suasana hatinya yang sedang mendung saat itu. Namun apalah daya Darko tak kuasa lagi menyembunyikan awan mendung di hatinya dari kedua sohib tengil itu. Mereka memang selalu bertingkah jail dan konyol. Namun mereka adalah kedua sosok sahabat yang benar-benar memahami keadaan sahabatnya sendiri.
“Heyy.. Paus! Kamu kenapa? Belum makan? Laper? Suram banget wajahmu tuh. Kayak paus kelaparan tuh. Coba ngaca deh kalau ga percaya.” Tanya Dito.
“Suram gimana? Wajah unyu kayak gini kok suram sih? Darko coba mengelak.
“Mau unyu, lucu, imut, atau baby face pun mukamu tuh ga bisa bohongin kita tau sob.” Sahut Cahyo.
“Bohong apa?” Elak si Darko tajam.
“Ya kamu bohong mainin ekspresi muka yang sok ceria itu. Padahal kamu pasti ada suatu ganjalan di hati kan.” Jawab lantang Dito.
“Kamu ceritain ke kita aja apa sih yang bikin hatimu mengganjal. Siapa tau kita bisa ngasih solusi atau masukan.” Cahyo berusaha meyakinkan Darko.
Akhirnya, Darko pun bersedia meluapkan segala isi hati dan apa pun yang tengah dia rasakan. Dia menceritakan bahwa harapan untuk bisa sekelompok dengan Nurul sirna sudah. Darko telah memendam rasa kepada Nurul. Walau terbilang singkat, benih-benih asmara telah bermunculan di hatinya. Maka dari itu, Cahyo dan Dito menjadi tiada tega menyaksikan paus karibnya itu kecewa dan bersedih hati. Mereka memberi semangat dan masukan kepada Darko supaya memanfaatkan momen ketidakbersamaan itu. Darko mulai paham dan mengerti apa yang dikatakan kedua sahabatnya. Dia mulai ceria dan bersemangat kembali seperti sedia kala.
 

Hari demi hari pun ia jalani dengan segala bentuk latihan guna mempersiapkan penampilan persembahan. Karena setiap kelompok harus ada satu orang yang ditunjuk sebagai ketua sekaligus penanggung jawab. Maka dipilihlah Rian sebagai ketua kelompok singing dan Toto sebagai ketua kelompok dancing. Dalam persembahan ini, Darko ditantang Toto untuk tampil menjadi centre. Dia mendapatkan peran merebut hati para penonton. Hal ini karena badan gembulnya dapat mengundang tawa.
Sebagai centre, Darko memang seharusnya tampil total. Setiap hari dia berlatih koreografi yang telah diajarkan Toto kepadanya. Koreografi Darko memang berbeda dengan anggota lain.
Suatu hari setelah selesai latihan, Darko istirahat sejenak di kantin guna mengisi tenaga alias bahan bakar yang hampir habis. Dia memasukkan stok makanan ke dalam perutnya. Karena terlalu bersemangat, Darko hampir lupa mengisi cadangan makanan di perutnya. Maka Darko melahap semua makanan yang telah dipesannya tersebut. Tiba-tiba datang seorang menghampirinya yakni sang ketua sekaligus penanggung jawab kelompok dancing.
“Ko. aku perhatiin sepanjang latihan tadi kamu adalah anggota yang paling serius latihan.”
“O ya? Masa sih? Ga juga deh.” Sangkal Darko.
“Halah. Ga usah belagak gatau gitu deh Ko.”
“Kalau aku memang serius kenapa? Adakah yang salah?” tanya Darko.
“Ga juga sih. Itu berarti kamu menikmati tugasmu sebagai centre. Semoga persembahan kelompok kita menang ya Ko.”
“Aamiin.”
Momen persembahan akhirnya datang juga. Latihan yang telah dijalani harus dibayar selama persembahan ini. Kelompok dancing 1-M mendapatkan giliran ke lima. Sembari menunggu giliran kelompoknya, Darko duduk manis menonton persembahan kelompok lain.
“Bagus juga persembahan kelompok lain. Minimal ga memalukan.”
Darko mulai kehilangan percaya dirinya. Keringat dingin pun menetes tak terbendung di tubuhnya. Saat itu juga ada seseorang datang menghampirinya.
“Kamu kenapa Ko?”
“Eh, kamu Nurul. Gapapa kok, cuma agak minder nih, persembahan kelompok lain keren-keren.”
“Jangan minder gitu dong. Tunjukkan kalo persembahan 1-M itu kerennya ga main-main. Tetep total!”
Setelah Darko diberi rangsangan semangat, dia pun terbakar semangatnya. Semangat berapi-apinya pun muncul. Kelompok demi kelompok pun mulai tampil dan sekarang tibalah saatnya kelompok dancing 1-M. Darko pun mulai beraksi dan menampilkan segalanya melebihi apa yang telah dilakukan ketika latihan. Darko benar-benar mendapatkan respon positif dari para penonton. Para penonton tertarik pada penampilan kelompok dancing 1-M khususnya penampilan Darko. Malam itu Darko memang mengundang banyak tawa karena penampilannya tak terkecuali Nurul. Di belakang panggung Nurul berkata kepada Darko.
“Penampilan tadi lucu. Kamu berhasil.” Kata Nurul memuji.
“Kamu bilang kayak gitu ke aku? Kamu udah gak sinis nih sama aku?” tanya Darko heran.
“Memangnya aku ga boleh ya bilang kayak gitu?”
“Bukan gitu juga. Kamu kan jadi sinis dan menghindariku. Sepertinya kamu salah paham deh. Sebenarnya, akunku dibajak Cahyo. Dia memang jailnya ga ampun-ampunan.” Jelas Darko panjang lebar.
“Aku gak menghindar kok. Waktu itu aku buru-buru keluar dari kelas soalnya pengen lihat pengumuman panitia di mading.” Jawab Nurul.
Mendengar penjelasan itu rasanya banyak bunga bertebaran di hati. Sungguh senang hati Darko. Saat itu Darko dan Nurul mulai saling mengobrol dan menambah mekarnya bunga di hati Darko.
Acara persembahan kelompok pun hampir usai. Semua kelompok telah mempersembahkan penampilan mereka masing-masing. Acara persembahan ditutup dengan gemerlap kembang api di langit malam perkemahan budaya. Malam itu juga Darko, Nurul, dan teman-teman mereka mengobrol bersama. Di tengah obrolan, Cahyo mempunyai ide untuk bermain Truth or Dare. Persetujuan dan kesepakatan sudah didapatkan dari semua pihak termasuk Darko dan Nurul. Permainan pun dimulai. Pena yang digunakan sebagai alat permainan pun mulai diputar. Malang sungguh malang nasib Darko malam ini. Pena itu mengarah padanya dan berbagai macam pertanyaan terlontar padanya.
“Ko, aku penasaran nih. Kenapa kamu mau mempermalukan diri di persembahan tadi?” tanya Toto
“Siapa yang mempermalukan diri? Aku ga malu-maluin kan? Justru aku malah seneng kalo temen-temen semua tu juga terhibur dengan penampilanku tadi.” Jawab santai Darko.
“Terus, kamu mau nglakuin itu semua karena siapa hayoo ngaku?” Interogasi Cahyo.
“Untuk kalian semua lah. Aku memang pengen tampil total di persembahan ini supaya tidak mengecewakan.”
Darko memang pandai merangkai kata supaya rasa kagumnya terhadap Nurul tidak dapat diketahui. Kemudian permainan dilanjutkan dan pena pun diputar kembali. Kali ini sungguh tak disangka kemana arah pena itu berhenti. Pena pun berhenti tepat ke arah Nurul. Darko tidak mau kehilangan kesempatan untuk bertanya-tanya padanya.
“ Aku mau tanya sesuatu dan kuharap kamu tidak tersinggung. Nur, kenapa kalau di tengah jalan, kamu seolah-olah ga kenal sama aku sih? Kenapa sikapmu sering begitu? Apa menurutmu aku sangat memalukan?” Tanya Darko penasaran.
“Kalau aku ga nyapa sewaktu di jalan itu kemungkinan besar karena aku ga bisa melihat dengan jelas siapa saja yang aku jumpai. Kamu kan tahu sendiri kalau aku jarang pake kacamata kalau ga lagi baca.”
“Owh.. Jadi kamu ga tahu ya siapa saja yang papasan sama kamu kalau di tengah jalan. I see I see.” Ujar Darko.
“Iya. Maaf ya. Lain kali tolong tegur aku ya.”
“Sekarang giliran aku yang tanya. Nur, kira-kira ada sesosok lelaki yang kamu kagumi ga di sekolah kita?” Tanya Toto.
“Hmm.. Aku bukan tipe orang yang menyibukkan diri dengan hal-hal seperti itu. Jadi, aku malah gak kepikiran mencari-cari siapa idolaku di sekolah ini.” Jawab Nurul santai.
“Kalau misalnya ada seseorang yang naksir sama kamu dan dia telah berkorban mempermalukan dirinya agar kamu tertawa?” tanya Cahyo
“Hmm. Aku akan berterima kasih kepadanya sekaligus meminta maaf kepadanya. Aku minta maaf karena tidak bisa membalasnya sekarang karena aku belum memikirkan hal-hal seperti itu.” Jawab Nurul bijaksana.
Mendengar jawaban Nurul, kemudian Darko terlihat patah semangat. Bunga-bunga di hatinya yang baru saja mekar seakan berguguran secara perlahan. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Rasa kagum dan cinta yang sangat mendalam kepada sang bidadari ternyata hanya berjalan searah.
Malam itu merupakan malam penyadaran bagi Darko. Walaupun hati Darko masih terluka dan kecewa karena apa yang terjadi tidak sesuai harapannya, dia tetap harus menjalani hidupnya. Kedua sahabat karibnya selalu memberi semangat kepadanya agar dia bisa move on dari perasaannya.
Perlahan Darko mulai bangkit dari rasa sedihnya. Dia mulai menyibukkan dirinya agar perhatiannya tidak terfokus kepada gadis pujaannya itu. Dia tersadar bahwa Tuhan memang mudah mempertemukan dua hati dengan cara indah-Nya dan Tuhan juga memiliki cara yang paling sempurna untuk menghubungkan kedua hati tersebut meskipun secara raga tidak bisa saling bersatu.

by: Aditya Riskian
      Afifah Imas N.
PENTING : Tokoh hanyalah fiktif karya lamunan amatir~ Sippp~
Sekelumit pengobat resah saat waktu meluap meminta hati~ :v