TRANSLATE THIS BLOG

Translate this page from Indonesian to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Widget edited by Anang

Sunday, December 29, 2013

Lil' Morning

Morning everyone
Morning to you dear
Morning to my friends
Morning to my family

Morning to this world
Morning who love me
Morning who leave me
Morning to you dear

Ini lagu yg dibuat dalam waktu 15 menit dan dibuat sebelum imsak puasa Ramadhan terdengar... :D Untuk teman2 sekalian untuk menanti fajar muncul bersama...

Saturday, December 28, 2013

Yakin merugi?

Angin seperti tak mau mendekat
Menjauh menghindar dari aroma sang merugi
Meninggalkan sesak kegundahan pada dirinya
Memaksanya meringkuk dalam derita
Mencari candu semu bagi dirinya
Sang belati telah meliriknya

Siapa bilang dia merugi?
Dia meninggalkan yang menyayangi
Siapa bilang dia merugi?
Meremehkan karma yang akan terjadi
Hey! Siapa bilang dia merugi?
Membohongi
Mehindarkan diri
Mencaci dunia yang tak peduli
Dunia yang mencintainya

Dia bilang, "Hey! Kenapa tak kau bunuh saja Aku!"
Awan bersedih mendengarnya
Berkumpul mengirim nira suci untuknya
Memohon petir tuk membangunkannya
Menunggu sang surya tuk menyapanya
Jikalau kuasa-Nya belum menginginkannya

Sungguh dia tak merugi
Dia tidak memahami waktu yang sempit
Aku yakin dia tak merugi
Menenggak anggur atas sengsaranya
Pasti dia tak merugi
Mencari bunga emas dalam tangisan lapar
Apa dia merugi?

Jelas! Dia tak akan merugi
Dialah kawan sejatiku
Bersamaku berjalan mengitari dunia yang menyala
Bernyanyi bersama dalam duka
Duka yang terlalu sulit tuk dikata
Bersamaku menyendu dalam neraka

Kamar si Maha


Riuh jejak pecandu ilmu mengusik buai mimpi
Meracau ilusi pelarian dunia
Mendorong pikir ke jurang kejam kehidupan
Menyadarkan kembali pada realita
Aku... Mahasiswa...

Si Maha...
Yang seharusnya berlari mengejar mimpi,
lunglai oleh gemerlap tanah tetangga
Yang seharusnya menopang harapan,
manja oleh uluran orang
Yang seharusnya mengais ilmu,
bergelayutan dalam lamunan
Yang seharusnya merubah dunia,
tenggelam oleh bualnya!

Semua kularikan
Semua kusembunyikan
Semua kubisikkan
Semua kupendam
Dalam kamar sewa

Kamar belajar kata orang
Kamar peneduh kata teman
Kamar penjaga kata pujangga
Kamar pelarian dari realita
aku berkata

Friday, November 15, 2013

Treasure of Light




Temaram api membayang memaksa lensa mata untuk beradaptasi dengan keadaan. Tangan bergetar meraba setiap relief mencari topangan untuk berdiri. Selagi membersihkan debu yang mendekap dengan kuatnya, Ciel menguatkan topangannya.
“Apa yang sebenarnya barusan terjadi? Sepertinya aku terjatuh pingsan karena cahaya tadi.”, sambil mengamati keadaan sekitar yang hancur dan terbakar seperti meteor dalam legenda Gods’ Treason. Mendadak terasa aura tekanan yang daritadi sebenarnya terasa samar-samar, akan tetapi ini jelas nyata.
“Siapa disana! Keluarlah dan hadapi aku dalam Fiducia Dimension. Aku tahu daritadi kau mengikuti diriku pengecut!”
Suara Ciel hanya membentur alam, menggaung tiada balasan. Sepi, sunyi, dan tidak menampakkan apapun. Ciel mulai menarik belati untuk berjaga dari serangan tiba-tiba mengingat akhir-akhir ini banyak kejahatan yang sedang terjadi di desa Villant.
Mendadak angin bergemuruh, terlihat jejak bayangan yang cepat, hampir bersatu dengan gelapnya malam hingga akhirnya semua kembali tenang. Tampaklah seorang perempuan cantik yang memakai jubah berwarna biru safir dengan bulu yang sangat tebal dan pedang yang memiliki sarung bermata Truth Stone, pertanda bahwa dia bukan orang sembarangan. Tingginya hampir setara dengan mata yang menghias seakan mampu merasuki setiap jiwa perjaka. Wajahnya yang manis dan...
“Siapa kamu? Mau apa kamu mengikuti aku?”, tanya Ciel mencoba mengembalikan kewaspadaannya.
“Aku Scintilla Spada, kamu bisa memanggilku Tila. Maaf bila aku membuatku merasa terancam. Aku hanya ingin berteman denganmu. Aku tahu tujuan kita sama. Aku ingin bersama denganmu.”
 Kata-katanya seakan hipnotis dari penyihir Doroth yang melegenda, merasuk menggetarkan hati. Ciel mengamati keindahan yang tampak mendekati sempurna ditambah dengan pedang yang...
“Tunggu dulu! Aku tidak mengenalmu dan tiba-tiba kamu ingin berteman denganku. Kamu memiliki pedang yang langka dan kuat. Apa sebenarnya maksud dan tujuanmu?”
Dia pun kemudian maju selangkah demi selangkah, mendekat tanpa memiliki rasa takut sedikitpun.
“Aku sungguh memerlukan bantuanmu. Aku tidak yakin harus bagaimana. Hanya dengan pedang ini, tak mungkin aku sanggup menggapai keinginanku menghancurkan Figlio Di Inferno!”
Kalimat terakhirnya terucap tepat saat dia berada didepan batang hidup Ciel. Ciel pun luluh, teringat saat kehilangan semuanya, saat monster jahannam itu menghancurkan Bezarius Wall, tempat desa kelahirannya berada. Sesaat kemudian dia memeluk erat Tila agar dapat menumpahkan segala pedih yang tertumpuk belasan tahun lamanya. Saat Ciel mulai memejamkan mata mengistirahatkan sejenak menenggelamkan diri pada nostalgia akan keluarga, mendadak datanglah sekelompok orang asing.
“Siapa kalian!”, sembari membatasi tatapan mereka terhadap Tila yang masih bersedih.
“Aku tidak mencarimu anak muda. Aku hanya menginginkan perempuan muda yang ada dibelakangmu itu untuk diserahkan kepada Figlio Di Inferno untuk dijadikan sebagai pelacurnya.”, jawab 3 orang sembari tertawa hingga mengguncang jubah baja yang mereka pakai.
“Aku tidak akan membiarkan tindakan kalian penjahat! Fiducia Regret!”
Dimensi pun bergetar, terpanggil akan darah yang akan tumpah mengalir dari salah satu pihak. Ciel pun mengeluarkan belati rahasia yang jarang dia gunakan selama mengembara kecuali ada penjahat yang dianggapnya cukup kuat. Nampak aurora memancar dari belati itu, menampakkan adanya kekuatan yang terkubur didalamnya. Belati itu semakin memancarkan gurat hijau yang mengukir setiap sudut belatinya, mengubah bentuknya menjadi sesuatu yang aneh, bukan sebuah belati biasa. Ujungnya runcing dengan punggung melengkung dan terpotong seakan sirip naga utara dan sebaliknya seperti gigi naga selatan.
“Hah! Singkirkan saja mainanmu daripada harus mati melawan prajurit tangguh seperti kami ini sebelum kepalamu terpenggal.”, jawab salah seorang dari mereka dengan menampakkan kapak dan perisai besar mereka.
“Kalian lah yang akan terdiam dan malu harus memakai jubah prajurit seperti itu.”
Peperangan pun dimulai. Para prajurit tersebut menyerang dari 3 penjuru, berlari mendekati Ciel. Ciel pun menarik belatinya kedepan sembari menutup matanya, bersatu dalam irama alam. Para prajurit pun berlari semakin dekat.
“Spaccatura!”
Teriakan Ciel membuat belati itu bergetar. Diayunkanlah belati itu ke suatu titik didekatnya, hanyalah sebuah angkasa yang kosong. Mendadak terdengar retakan yang merambat cepat, membelah angkasa menjadi kepingan-kepingan. Dunia terasa seperti kaca yang mengalami kerusakan, retakan yang terus merambat keluar dengan cepat dan meraih para prajurit itu, membuat semua hal yang terjangkau oleh retakan itu terhenti dalam hampa. Seketika keluarlah cahaya lembut dari belati yang menandakan hancurnya semua retakan itu menjadi kepingan cahaya yang lambat laun sirna. Semuanya terlihat seperti sedia kala, tiada kehancuran seperti terbelahnya tanah sesuai yang nampak pada retakan tadi. Semua kembali, kecuali para prajurit yang terjatuh diam tak bernyawa.
“Bruk!”
Ciel pun jatuh tak sadarkan diri. Meninggalkan dengan tenang pertarungan tadi. Mengistirahatkan sejenak tubuhnya yang masih lemah karena kejadian misterius sebelumnya.
***
“Ciel, cepatlah sadar. Aku khawatir kita akan segera ditemukan oleh anak buah Figlio Di Infero.”
Tila hanya bisa menunggu dan menunggu hingga Ciel dapat sadar kembali. Tidak ada berita tersebar mengenai prajurit-prajurit yang mati semalam karena Tila dengan segera membuang mayat-mayat prajurit tersebut ke Lembah Truce dimana setiap tubuh yang jatuh kedalamnya akan dirasuki kembali dengan arwah para pengkhianat yang hanya akan terus menggali dan menggali dasar dimensi untuk menemukan kebebasan semu. Hanya tempat itulah, semua bukti kejahatan bisa disembunyikan, tempat yang berada diantara dimensi dan tidak berdimensi, tempat yang tidak bisa dijangkau oleh kekuatan Fiducia sekalipun.
Tiba-tiba tangan Ciel meraih Tila yang ada di dekatnya.
“Apa yang terjadi semalam? Apakah semuanya baik-baik saja?”, tanya Ciel dengan lemahnya.
“Tenanglah, semuanya aman. Hanya dirimu yang termakan oleh kekuatanmu sendiri. Kamu menuruti emosimu semata hingga lupa untuk menyatukan dirimu dengan Fiducia Dimension.”
Ciel kemudian termenung dan teringat bahwa dia termakan oleh kekuatannya sendiri hanya karena emosi semata, melupakan betapa pentingnya bersatu dengan irama Custode Chiaro, nama belati pamungkasnya itu. Dia sadar, kekuatan hanya akan merusak diri sendiri saat digunakan dengan emosi.
“Ciel, sepertinya kita harus menuju ke hutan Lapide untuk bertemu dengan seseorang yang mungkin akan sangat membantu kita. Tapi persiapkanlah dirimu karena kita akan menuju tempat yang mengerikan.”
Tila kemudian dengan pedang bermata Truth Stone yang menggantung dipinggangnya meraih tangan Ciel dan keluar dari gubuk untuk melanjutkan perjalanan.
“Tila...”, tanya Ciel dengan penuh kehati-hatian.
“Ada apa Ciel? Apa ada yang salah?”, jawab Tila dengan kecurigaan.
“Ah tidak, aku hanya ingin tahu, apakah kamu tahu cahaya apa yang membuatku sampai pingsan saat sebelum aku bertemu denganmu. Aku yakin kamu sudah melihatnya.”
Tila kemudian termenung seakan menyembunyikan sesuatu, terlihat berpikir untuk mengelak kebenaran.
“Itu bukanlah apa-apa. Itu merupakan kotoran Naga Utara yang kebetulan lewat dan kotorannya yang bercahaya seperti mutiara itu menimpa dirimu dengan sangat cepat.”, jawab Tila dengan tawa kecil menganggap kejadian yang dialami oleh Ciel merupakan hal yang konyol.
“Ah sial! Aku seperti orang tolol yang pingsan karena tertimpa oleh kotoran naga”
Ciel hanya bisa tertawa terbahak-bahak bersama Tila. Akan tetapi, dalam hati Ciel, dia menaruh curiga akan jawaban Tila yang terdengar seperti sebuah kebohongan.
Perjalanan terus berlanjut hingga akhirnya sampailah di Gerbang Anima yang terkesan gersang dan tak terawat. Semua tumbuhan terlihat layu dan menggantung, tidak ada kehidupan yang terlihat nampak. Sesaat melewati gerbang, seketika langit yang tadinya pagi menjadi malam yang gelap dengan kabut yang cukup tebal. Suasana hutan mati yang mencekam, hanya cahaya Red Moon yang sedikit menerangi namun menambah kelamnya tempat ini.
“Awas!”
Tiba-tiba saja Tila mendorong Ciel bersamaan seakan menghindari sesuatu yang sama sekali tidak disadari oleh Ciel itu sendiri.
“Ada apa tadi? Kenapa kamu mendorongku?”, tanya Ciel dengan penuh kebingungan.
“Tadi ada bayangan lewat, sangat cepat, kamu harus berhati-hati. Bayangan itu bisa membawa sebagian kekuatan jiwamu dan membuatmu merasakan ketakutan yang mengerikan. Tetaplah didekatku, hanya pedangku ini yang bisa melihat semuanya.”
Ciel kemudian baru sadar bahwa pedang milik Tila memancarkan cahaya kuning pada mata Truth Stone-nya. Pedang yang menurut sejarah hanya ada satu dan merupakan pusaka kebanggaan bangsa Verità karena bisa menembus semua kekuatan ilusi, kegelapan, dan masih banyak misteri akan kekuatan pedang ini. Namun bangsa ini telah dihancurkan oleh Figlio Di Inferno dan Tila merupakan bangsa Verità terakhir.
“Sepertinya kita harus segera sampai ke Anima Cuore untuk bertemu dengan pemilik dimensi ini. Ciel, jangan gunakan belatimu dulu karena kamu masih belum pulih sepenuhnya.”
Ciel hanya bisa mengikuti Tila untuk menuju ke Anima Cuore dan berharap dia tidak perlu menggunakan belatinya untuk mempertahankan diri.
“Tiarap!”
Kali ini Ciel dapat merasakan bayangan itu, akan tetapi saat Ciel yang tidak memiliki Truth Stone dapat merasakannya, itu berarti merupakan suatu pertanda buruk. Diatas mereka banyak ratusan Soul Eater yang terbang mencari jiwa yang sempat tercium oleh mereka.
“Kali ini sudah terlampau bahaya, peganglah tanganku Ciel, dan bayangkan bahwa kamu menyukai keberadaanku dan mempercayaiku”
Ciel kemudian menggenggam erat tangan kiri Tila dan mulai membayangkan. Dia merasa sulit karena sebelumnya dia menaruh curiga kepada Tila. Ciel pun panik dan berpikir keras bagaimana caranya agar dia mempercayainya. Akhirnya Ciel teringat kejadian pertama kali saat mereka bertemu dan menceritakan nasib yang sama, kepercayaan Ciel pun kembali. Seketika itu pula, bersinarlah mata Truth Stone dan ditariklah pedang itu oleh Tila.
“Fiducia Regret!”
Cahaya yang sangat terang keluar dari pedang itu dan membentuk suatu perisai cahaya dengan ribuan Peri Cahaya keluar dari serpihan pedangnya. Saat pedangnya habis, selesailah jutaan peri-peri itu keluar dengan cahaya yang sangat terang. Mereka melebur dengan tubuh Ciel dan Tila, membentuk sayap dan perisai cahaya yang sangat terang dan mengeluarkan aura yang membuat Soul Eater sekitarnya pupus.
“Velloce Mossa!”
Cahaya itu kemudian semakin terang, dimensi kemudian merapat dan secepat kilat jubah cahaya itu membawa Ciel dan Tila menembus semua Soul Eater dan sampailah ke Anima Cuore. Kemudian semua cahaya itu kembali membentuk ribuan peri yang terbang menyatu menjadi sebuah pedang kembali. Suatu kekuatan pertahanan yang tidak bisa disentuh sedikitpun oleh kekuatan kegelapan murni.
“Apakah ini yang namanya Anima Cuore?”, tanya Ciel yang terkagum karena ada pohon raksasa yang dikelilini oleh jutaan Light Wisp yang selalu beredar mengelilinginya.
“Iya, inilah Anima Cuore, jantung dari dimensi ini. Ini merupakan tempat sahabat bangsa Verità yang paling dipercaya, yaitu Bangsa Anima. Mereka memiliki kekuatan pertahanan yang luar biasa karena dapat mengkombinasikan dua kekuatan yang bertolak belakang menjadi dinding pertahanan yang luar biasa.”
Ciel kemudian melihat sekitar dan mengamati setia sudut dari pohon raksasa itu. Jutaan Light Wisp yang selalu beredar tanpa putus dan daun dari pohon itu yang nampak mengkilat, seperti tidak ada satupun daun yang sempat layu. Akar yang menghujam tanah dengan hamparan pasir berkilauan seakan menjadi tempat paling bercahaya di dunia ini. Sejenak dia kembali mengalihkan pandangannya ke arah Tila.
“Tila, apa yang akan kita lakukan disini?”


*bersambung*
Tolong ya komentarnya untuk perbaikan~ :3

Friday, November 1, 2013

Evaluasi 19 Tahun : Short Flashback Tentang Kamu



Aku sekarang 19 tahun... Seperti biasa, aku mencoba mengingat apa saja yang aku lakukan selama setahun ini... Tentunya 70% aku lakukan hal yang tak berisi... Dan 5%nya yang terlihat kecil namun memiliki makna yang besar, tidak berurut, namun jelas kronologinya, membuat seseorang selalu sedih karena ketidakdewasaanku...
Aku ingin minta maaf apabila aku tidak pernah dan bahkan cuek kepadamu... Tentu mungkin karena kadar cuekku yang sangat tinggi... Atau bahkan mudah merasa capek sehingga sekedar untuk memberi kabar pun malas...
Aku tahu sejarah kita sangatlah gak jelas... Apalagi aku, yang tiap kamu ulang tahun, pasti memberikan hadiah yang menyakitkan hati, benar bukan?
Oke, kita nostalgia yuk tentang masalah konyol yang pernah kita alami... Nanti jangan galau lho ya kalau kamu sempat mengunjungi blogku dan membaca ini...
Inget gak waktu dulu salah paham tingkat tinggi yang akhirnya membuatku ngasih hadiah ulang tahun berupa jadiaannya aku sama seseorang? Saat aku benar-benar terpuruk olehmu dan ada seorang yang perhatian sekali... Oke, itu kejadian konyol masa muda yang buruk~
Inget gak waktu kamu ulang tahun dulu dan aku memberi kabar kalau buku tahunanmu hilang? Itu bener-bener tak disengaja lho~ :v
Inget gak waktu kamu ulang tahun dulu dan pada saat itu aku sakit berat sampai dianter ke rumah sakit tapi aku bilang mamaku buat nganter aku ke toko boneka buat beli hadiah ultah untukmu terus abis pulang dari rumah sakit aku langsung buru-buru ke rumahmu? Jangan bilang kalau sekarang udah kamu bakar mentang-mentang kita udah jauhan lho ya... :v
Inget gak waktu kamu ulang tahun dan aku masih di STIS dan aku membelikanmu binder secara online karena aku juga bingung mau beli apaan... Lalu dengan konyolnya aku minta hadiah ultahku juga... :v Tapi aku kalau inget masalah itu jadi merinding, merindingnya itu karena waktu itu lagi musim ulat kan dan begitulah tahu sendiri kan kompleks kosmu banyak pohonnya... -_- Untung kalian semua selamat..  #ehhh
Dan terakhir....
Inget gak foto-foto tanggal 14 Februari 2010 yang aku bilang sudah hilang karena memori terformat dan sebagainya itu sebenarnya masih tersimpan dengan baik... Foto-foto saat di Nova kemudian waktu di jalan itu aku meneriakkan sesuatu yang konyol...
Atau lebih jauh lagi...
Inget gak saat kita pertama kali ketemu di angkot dan aku masih bingung dimana rumahku berada karena aku ‘orang baru’ di daerah itu karena terakhir menempatinya saat TK 0 kecil dan kamu bilang dulu kita pernah satu TK dan aku benar-benar gak percaya, bahkan sampai sekarang... :v
Kemudian kita putar kembali ke depan...
Inget gak saat kamu dulu nelpon aku sambil nangis karena ada cowok sefakultas yang nembak kamu didepan umum sedangkan kita sudah tak ada ‘ikatan’ dan kamu bingung mau kemana selanjutnya semua ini berjalan dan mengapa harus tetap berjalan...
Inget gak saat aku pulang kemarin itu liburan puasa kemudian kita buka bersama dan terasa sangat canggung... Karena aku 2 hari sebelumnya dengar kalau kamu sudah ada yang punya... Lalu, saat pulang kamu tanya padaku kenapa kok canggung dan aku mengatakannya dan kamu tidak mengakuinya... Selalu hal ini terjadi ketika sahabat-sahabatku harus berbeda pendapat dengan dirimu dan kamu mengingatkan akan perkara 4 tahun lalu saat adanya masalah diriku dengan kamu karena sahabat-sahabatku... Entah aku bingung mengambil keputusan sehingga aku memutuskan untuk cuek saja, atau positive thingking dengan berpikir bahwa mungkin kamu sudah dengannya yang nembak kamu dulu, atau yang lain mengingat kamu itu menyebalkan... Terlalu banyak cowok yang suka kamu dan ngedeketin kamu sampai akhirnya aku, dengan sifat kekanak-kanakanku, berbuat cuek agar merasa bahwa kamu akan memberikan perhatianmu padaku... Hingga mungkin aku sudah keterlaluan sehingga begitulah...
Jadi...
Maaf ya apabila aku membuat banyak warna kelam dalam hidupmu... Semoga saja aku bisa jadi tambah dewasa ya di umurku yang bertambah satu tahun ini... Jika kamu baca blogku dan menemukan tulisan ini, tolong ya doakan aku agar bisa menjadi lebih dewasa...
Terima Kasih

Tahun Baru ke 19



Aku sebenarnya merasa gimana gitu kalau ngomongnya harus ulang tahun, rasanya cuman mengulang dan kurang terasa meriah... #apaini #salahfokus
Ulang tahun itu biasanya seperti cukup senangnya aja, almost~ Tapi tahun baru, ada yang berdoa dalam sebuah resolusi, ada yang gembira dalam sebuah harapan, ada yang jauh berbeda bukan hanya dari individu tersebut melainkan lingkungan sekitar...
Oke, saatnya menghindari pembicaraan dengan bahasa yang agak serius karena aku ngeblog hanya untuk bersenang senang dan membagi kesenangan itu agar diri juga ikut senang. So, kita cerita-cerita gak penting lagi aja lah~ :D
Aku sudah lama pusing dengan hari tahun baru yang akan segera tiba, bukan bingung mau keluar dengan siapa, tapi budgetnya darimana. Namun, Alhamdulillah adalah jalan untuk hedon bentar di hari itu~ #dontTry
Oke, karena aku orangnya (sok) sibukers, jadi aku bingung juga buat managing scheduleku yang kesana kemari... Hingga aku putuskan untuk menabrak acara latihan Bridge...
Oke, baiar lebih kronologis, aku ceritakan saat tanggal 30 Oktober 1994,, eh 2013 maksudnya~ :D
Setelah semuanya anak twitter 55 yang aku anggap dekat karena kegokilan mereka, tentu gokil versiku, bukan gokil secara universal mengingat karakter seseorang dapat berubah sesuai dengan tempat dimana ia berada... Aku sebenarnya mengajak banyak anak, akan tetapi yang bisa dan akhirnya bisa adalah Wildan, Raja, Alfi, Ari Anggrayni, dan Putra... Kami kumpul se-sore mungkin karena banyak hal yang membuat kami tidak bisa bersama sampai malam hari (teorinya~)... Kami melaju dengan “16” menuju Kalibata Plaza untuk melakukan ‘sesuatu’... Alfi merupakan satu-satunya ‘mahasiswi STIS’ pada saat itu... Sepanjang perjalanan, aura ketidakjelasan sudah terpancar dari mereka, entah apa yang diomongkan pasti menyangkut you know what I mean lahhh~ :D
Sesampainya di Kalibata Plaza, kami bergegas menuju,,, menuju,,, MENUJU APAAA!!!! AKU LUPA NAMA TEMPAT KARAOKEANNYA!!!! Tolong ya nanti pembaca kasih tahu apa namanya.. -_-

Aku pun segera memesan dan cukup menunggu 3 menit, kami sudah mendapatkan tempat... Saat memasuki ruangan, lalu aku merasa ada sosok kecil yang menghilang... Ah iya! Dimana Alfi? Tiba-iba dia datang dengan berubah menjadi Alfi season 2... #ehhh Sesaat memasuki, terjadi kecanggungan masalah siapa yang duluan nyanyi, okelah akhirnya aku aja deh yang mulai... Kemudian berlanjut berlanjut dan berlanjut hingga akhirnya menunjukkan limit menuju kegalauan... Oke, seperti biasa yang galau paling kan ya Wildan Wildan dan Wildan ya... :v Oke, nggak juga sih~ Cuman ya gak salah juga~ Emmttt gimana ya? Pokoknya lagu yang dipilih Wildan itu pasti yang begitulah~ Sebenarnya gak cuman dia sih... Cuman biar dia terbully aja jadi aku bilangnya dia doang... :v


Aku karaokean pun membawa contekan juga karena sering kalau sampai karaokean bingung mau nyanyi apaan... Salah satu listku itu “Kalau ada Wildan, play Akulah Dia – Drive” bcoz you all know the Story,,,emmt, no, but History ‘bout this song, right? :v Dan akhirnya memang Wildan juga langsung kegirangan gak sabar pengen nyanyiin itu... -_-



Singkat cerita 2 jam berlalu begitu cepat... Kami kemudian kembali ke Otista 64 C... Akan tetapi dalam perjalanan aku melihat wajah-wajah rakyat Otista 64 C yang terlihat kelaparan dan memprihatinkan sehingga aku akhirnya menawari mereka, “Kalian mau gak kalau aku traktirin nasi goreng depan kampus?” dan mereka menjawab “Iya!”, mainstream banget sih mereka... -_- #ehhh
Kami kemudian bercerita akan sesuatu yang ringan dengan ditemani nasi goreng... Hingga saat nasi goreng sudah habis, mulailah pembicaraan menjadi terasa berbeda... Tabir kehidupan akhirnya terkuak!!!!! Oke, meskipun aku sering disebut stalker meskipun itu tidak sepenuhnya benar, akan tetapi pada saat itu aku gak terlalu kepo, melainkan hanya mendengar dan sedikit menambahkan pertanyaan saja~
Lagi-lagi, padahal sudah aku suruh pulang waktu jam 10 malam, tapi akhirnya benar-benar pulang saat pukul sekian... Dasarrrr... Padahal pada punya sesi 1 yak... -_-
Akan tetapi aku turut berduka saat Raja melaporkan setelah malam atau pagi itu, Wildan sesampainya di kontrakan menderita kegalauan akut, dasarrr... -_- Aku aja malah merinding soalnya tadi banyak cerita hantu-hantu masa SMA~ -_-
Esoknya tepat tanggal 31 Oktober 2013 resmi banyak orang yang mengucapkan selamat dan doa yang semoga tulus untuk kemajuanku... Diantara sekian itu, ada seorang sahabat yang dulu sering aku bikin berisik hpnya karena masalah dengan seseorang... Dia memberikan pesan yang begitu mendalam, diantara doanya, ada capslock tepat pada kata DEWASA... Terima kasih ya... :D

Sorenya ada event Open Recruitment UKM Bridge yang dimana pengurus masalah formnya aku... Akan tetapi karena di saat yang bersamaan ada rapat SES, jadi aku menghitung-hitung dan akhirnya aku datang Bridge dulu untuk menyerahkan form dan nampang-nampang dikit #ehhh kemudian diam-diam kabur menuju gedung 3 yang rapatnya telah dimulai... Rapat membicarakan masalah pengurus OH dan OR serta SSC English Day... Karena aku memiliki koalisi dengan partai besar (?) anggap saja sekumpulan mayoritas, jadi untuk Ketua OH dan OR secara sepihak dan tentunya suara mayoritas dapetlah si Jeffry dengan sekretaris dan bendahara yaitu Andissi... Hidup ini memang kejam... :’) Kemudian ada satu kepengurusan big event yang lebih ribet yaitu SSC English Day yang memang harus izin sana sini dan mengundang sana sini yang professional... Dalam pemilihan Ketua SSC English Day ini penuh perdebatan hingga akhirnya Kak Nia memecah kesuraman ini dengan sesuatu yang lebih buram... Dia bilang dalam Bahasa Indonesianya (karena kalo kumpul harus ngomongnya kalo bisa Inggris ya itu aja, males aku -_-), untuk masalah Ketua, saya berpendapat yang seharusnya mendapatkannya kalau bukan Aditya ya Mukhlis karena sering datang... Wait!!! Aku dan Mukhlis tentu sependapat bahwa sebenarnya kami sangat jarang datang dan kebetulan aja waktu H-1 sparring dengan AMG datang latihannya doang dan bantu-bantu waktu UKM Creativity (red:masa kelam) yang memang SDM pada saat itu sangat terbatas~ *efek liburan*
Akan tetapi aku merasa terkhianati oleh koalisi #ehhh karena mereka semua seruangan telak memilih aku yang innocent ini... :’ Tapi dengan reasons yang ada, okelah aku berani aja, tapi mereka semua harus ikut ambil job karena memang yang disisain rencananya jadi Tim Kreatifnya yang lebih tahu mau dibawa kemana hubungan kita #ehhh maksudnya acaranya mengingat banyak banget event yang pengen ditampilin pada English Day tersebut dan hadiahnya ternyata besar-besar... Jadi pengen ikutan juga, siapa tahu dapet, lumayan kan bisa beli ini itu... :v
Kemudian sorenya atau mungkin lebih tepat malamnya pada tanggal 31 Oktober 2013 aku, Agus, Danar, Imas, dan Wulan pergi ke Kalibata Plaza... Akan tetapi karena berangkatnya telat pake banget karena tadi nungguin Imas mandi kembang 7 rupa dan ritual sebagainya #ehhh Jadi kami memutuskan untuk makan dulu, kemudian baru karaokean... Singkat cerita saja, kami kemudian memasuki ruangan dan mulai dengan lagu yang apa aku lupa akan tetapi kalau dengan mereka pasti lagunya Indonesia masa tua~ *masanya Mas Agus~ #ehhh * Eh, nggak juga sih,,, lagunya gak terlalu lama kok, cuman lagunya tipe-tipe lagu curhat bagi mereka... (penulis gak ikutan ya~ :v)

Akan tetapi seperti biasanya, lagu-lagu yang dibawakan itu tipe-tipe yang harus teriak-teriak(?) agar pesannya lebih tersampaikan... Setelahnya, kami pun pulang dengan mengantar Imas dan Wulan terlebih dahulu kemudian barulah kembali ke kos masing-masing...
Terima kasih ya kalian semua yang menemani dalam berbagai warna dan rasa... :D
Tanpa kalian, mungkin aku hanya akan menghabiskan waktu-waktu itu dengan suasana yang mencekam... #ehhh
Terima kasih... Jangan bosen-bosen sama aku ya... :D

Thursday, October 17, 2013

Treasure of Light




Temaram api membayang memaksa lensa mata untuk beradaptasi dengan keadaan. Tangan bergetar meraba setiap relief mencari topangan untuk berdiri. Selagi membersihkan debu yang mendekap dengan kuatnya, Ciel menguatkan topangannya.
“Apa yang sebenarnya barusan terjadi? Sepertinya aku terjatuh pingsan karena cahaya tadi.”, sambil mengamati keadaan sekitar yang hancur dan terbakar seperti meteor dalam legenda Gods’ Treason. Mendadak terasa aura tekanan yang daritadi sebenarnya terasa samar-samar, akan tetapi ini jelas nyata.
“Siapa disana! Keluarlah dan hadapi aku dalam Fiducia Dimension. Aku tahu daritadi kau mengikuti diriku pengecut!”
Suara Ciel hanya membentur alam, menggaung tiada balasan. Sepi, sunyi, dan tidak menampakkan apapun. Ciel mulai menarik belati untuk berjaga dari serangan tiba-tiba mengingat akhir-akhir ini banyak kejahatan yang sedang terjadi di desa Villant.
Mendadak angin bergemuruh, terlihat jejak bayangan yang cepat, hampir bersatu dengan gelapnya malam hingga akhirnya semua kembali tenang. Tampaklah seorang perempuan cantik yang memakai jubah berwarna biru safir dengan bulu yang sangat tebal dan pedang yang memiliki sarung bermata Truth Stone, pertanda bahwa dia bukan orang sembarangan. Tingginya hampir setara dengan mata yang menghias seakan mampu merasuki setiap jiwa perjaka. Wajahnya yang manis dan...
“Siapa kamu? Mau apa kamu mengikuti aku?”, tanya Ciel mencoba mengembalikan kewaspadaannya.
“Aku Scintilla Spada, kamu bisa memanggilku Tila. Maaf bila aku membuatku merasa terancam. Aku hanya ingin berteman denganmu. Aku tahu tujuan kita sama. Aku ingin bersama denganmu.”
 Kata-katanya seakan hipnotis dari penyihir Doroth yang melegenda, merasuk menggetarkan hati. Ciel mengamati keindahan yang tampak mendekati sempurna ditambah dengan pedang yang...
“Tunggu dulu! Aku tidak mengenalmu dan tiba-tiba kamu ingin berteman denganku. Kamu memiliki pedang yang langka dan kuat. Apa sebenarnya maksud dan tujuanmu?”
Dia pun kemudian maju selangkah demi selangkah, mendekat tanpa memiliki rasa takut sedikitpun. Dia seperti bidadari yang melangkah dengan kepastian, tanpa ragu untuk meraih seseorang.
“Aku sungguh memerlukan bantuanmu. Aku tidak yakin harus bagaimana. Hanya dengan pedang ini, tak mungkin aku sanggup menggapai keinginanku menghancurkan Figlio Di Inferno!”
Kalimat terakhirnya terucap tepat saat dia berada didepan batang hidup Ciel. Ciel pun luluh, teringat saat kehilangan semuanya, saat monster jahannam itu menghancurkan Bezarius Wall, tempat desa kelahirannya berada. Sesaat kemudian dia memeluk erat sambil menumpahkan segala pedih yang tertumpuk belasan tahun lamanya. Saat Ciel mulai memejamkan mataku mengistirahatkan sejenak menenggelamkan diri pada nostalgia lama akan keluarga, mendadak datanglah sekelompok orang asing.
“Siapa kalian!”, sembari membatasi tatapan mereka terhadap Tila yang masih bersedih.
“Aku tidak mencarimu anak muda. Aku hanya menginginkan perempuan muda yang ada dibelakangmu itu untuk diserahkan kepada Figlio Di Inferno untuk dijadikan sebagai pelacurnya.”, jawab 3 orang sembari tertawa hingga mengguncang jubah baja yang mereka pakai.
“Aku tidak akan membiarkan tindakan kalian penjahat! Fiducia Regret!”
Dimensi pun bergetar, terpanggil akan darah yang akan tumpah mengalir dari salah satu pihak. Ciel pun mengeluarkan belati rahasia yang jarang dia gunakan selama mengembara kecuali ada penjahat yang yang dianggapnya cukup kuat. Nampak aurora memancar dari belati itu, menampakkan adanya kekuatan yang terkubur didalamnya. Belati itu semakin memancarkan gurat hijau yang mengukir setiap sudut belatinya, mengubah bentuknya menjadi sesuatu yang aneh, bukan sebuah belati biasa. Ujungnya runcing dengan punggung melengkung dan terpotong seakan sirip naga utara dan sebaliknya seperti gigi naga selatan.
“Hah! Singkirkan saja mainanmu daripada harus mati melawan prajurit tangguh seperti kami ini sebelum kepalamu terpenggal.”, jawab salah seorang dari mereka dengan menampakkan kapak dan perisai besar mereka.
“Kalian lah yang akan terdiam dan malu harus memakai jubah prajurit seperti itu.”
Peperangan pun dimulai. Para prajurit tersebut menyerang dari 3 penjuru, berlari mendekati Ciel. Ciel pun menarik belatinya kedepan sembari menutup matanya, bersatu dalam irama alam. Para prajurit pun berlari semakin dekat.
“Spaccatura!”
Teriakan Ciel membuat belati itu bergetar. Diayunkanlah belati itu ke suatu titik didekatnya, hanyalah sebuah angkasa yang kosong. Mendadak terdengar retakan yang merambat cepat, membelah angkasa menjadi kepingan-kepingan. Dunia terasa seperti kaca yang mengalami kerusakan, retakan yang terus merambat keluar dengan cepat dan meraih para prajurit itu, membuat semua hal yang terjangkau oleh retakan itu terhenti dalam hampa. Seketika keluarlah cahaya lembut dari belati yang menandakan hancurnya semua retakan itu menjadi kepingan cahaya yang lambat laun sirna. Semuanya terlihat seperti sedia kala, tiada kehancuran seperti terbelahnya tanah sesuai yang nampak pada retakan tadi. Semua kembali, kecuali para prajurit yang terjatuh diam tak bernyawa.
“Bruk!”
Ciel pun jatuh tak sadarkan diri. Meninggalkan dengan tenang pertarungan tadi. Mengistirahatkan sejenak tubuhnya yang masih lemah karena kejadian misterius sebelumnya.



*bersambung*
Tolong ya komentarnya untuk perbaikan~ :3