“Teetttt... Teetttt...”
Jam pertama sekolah telah dimulai dan Donny dengan santainya
memasuki ruangan bersama sahabat karibnya Ichsan. Mereka berdua kemana pun
selalu bersama dari SD sampai sekarang. Mereka berdua merupakan sahabat karib
yang tak terpisahkan.
“Don, gimana kabarnya Santi?”, tanya Ichsan dengan raut muka
penasaran.
“Kabar gimana nih maksudnya? Aku sama Santi baik-baik aja
kok. Tapi...”
Donny segera mencari tempat duduk paling belakang bersama
Ichsan agar dapat saling bercerita. Meja paling belakang merupakan tempat
paling aman untuk bercerita, menghindari pengawasan dari pengajar.
“Jangan bilang siapa-siapa ya San. Aku itu merasa kurang
enak nih sama Santi. Rasanya pengen cari yang baru nih...”, bisik Donny.
“Eh apa-apaan kamu? Kan baru juga dua minggu pacaran, masak
mau cari cewek baru? Apa yang kurang dari Santi sih? Dia baik, cantik, putih
pula.”, gerutu Ichsan dengan nada kesal.
“Tapi dia pendek. Aku pengen cari yang lebih baik. Aku
pengen cari yang tinggi aja deh. Aku pengen cari yang tingginya mirip sama
aku.”, jawab Donny.
“Ah parah kamu Don. Aku ngikut aja deh. Yang penting
sahabatku senang.”, jawab Ichsan sambil menepuk pundak Donny.
"Wuih, bijak benerrr... Sudah, perhatiin dulu tuh
pelajarannya. Sekarang ekonomi ya??? Jadi males nih...", gerutu Donny.
"Ini penting lho, bab Multiplier Effect. Meskipun ini sederhana, ini bisa terjadi di
kehidupan sehari-hari lho.", jelas Ichsan.
"Oke deh. Tapi aku gak percaya tuh...", balas
Donny dengan ejekan.
***
“Hey Don!!!”, teriak Ichsan dari kejauhan.
Ichsan yang baru pulang dari bermain futsal bertemu Donny di
warung soto Bu Lasmi. Raut muka Donny mendadak berubah menjadi cerah. Donny
memang sudah menunggu sahabatnya itu untuk dia ajak bercerita.
“San, duduk sini deh. Aku mau ngomong sesuatu.”, seru Donny
dengan senyum lebar.
“Ngomong apa sih Don pake sesuatu-sesuatu segala?”, jawab
Ichsan sambil memutar matanya.
“Gini San, aku kemarin baru aja jadian sama Tika lho anak
SMA sebelah. Dia itu udah sesuai dengan keinginanku nih, tinggi!”, jawab Donny
dengan berseri-seri.
“Waduh! Gimana nasibnya Santi tuh? Kamu putus gitu aja?”
Ichsan pun memandang Donny dengan muka berkerut. Dia merasa
agak kesal sebenarnya dengan kelakuan Donny yang terlalu ambisius dalam
mendapatkan sosok pasangan hidup yang sempurna. Donny memang dianugerahi
ketampanan sejak lahir serta berasal dari keluarga terpandang. Donny selalu
berusaha mencari pasangan yang pantas dengan dirinya yang tampan dan hampir
sempurna itu.
“Tenang San, Santi tetep jadi pacarku kok. Aku belum berani
buat mutusin dia. Lagipula aku sebenarnya juga masih menyukainya.”, jawab Donny
dengan santai.
“Dasar Donny!”
Semoga kamu segera sadar Don akan apa yang kamu lakukan,
bisik Ichsan dalam hatinya.
***
Minggu ini Donny memutuskan menghabiskan pagi harinya dengan
lari pagi. Dia berharap dapat menghilangkan segala penat yang dia rasakan
selama seminggu terakhir. Apalagi dia harus berpikir keras agar Santi dan Tika
tidak saling mengetahui, termasuk teman-teman mereka juga. Kali ini seperti
biasa, dia mengajak Ichsan tentunya untuk lari bersama. Mereka merupakan
sahabat yang cocok karena Donny yang suka bercerita dan cerewet mempunyai
sahabat seperti Ichsan yang pendiam dan pendengar setia.
“San, aku pusing nih memikirkan mereka berdua.”, gerutu
Donny kepada Ichsan.
“Mereka siapa? Santi sama Tika? Kamu sih pacar aja dua amat.
Satu aja gak habis-habis.”
“Tapi San...”
Jawaban Donny pun terhenti saat melihat sosok perempuan yang
melewati mereka berdua. Tampak perempuan itu berlari dengan riang bersama
teman-temannya. Senyumnya yang manis menggoda hati Donny seketika itu juga.
“Eh San, kamu kenal gak cewek yang lewat tadi? Yang pakai
baju biru tadi itu lho...”, tanya Donny penasaran.
“Oh dia itu Lina. Dia itu adek kelas kita. Dia itu anaknya
cantik, manis, dan tinggi pula. Senyumnya itu sangat menawan hingga bisa
meluluhkan hati. Matanya itu bisa menggetarkan langkah ketika ingin
mendekatinya. Dan, sosoknya terasa begitu hangat serasa ingin bisa duduk
ngobrol dengan dirinya.”, jelas Ichsan dengan panjang lebar.
“Wah begitu ya San. Keren banget ya dia.”, jawab Donny
dengan senyuman khasnya.
***
“San!!!”, teriak Donny untuk memecah lamunan Ichsan.
“Iya, ada apa...”, jawab Ichsan dengan malas.
“Kamu kenapa San kok lemas begitu? Aku ada kabar baik nih!”,
balas Donny dengan tawa yang kontras dengan kondisi Ichsan.
“Perempuan yang kusuka sekarang mengacuhkanku. Kabar baik
apa Don?”, tanya Ichsan dengan malas.
“Sabar ya San... Gini lho! Aku udah jadian sama Lina lho...
Sumpah! Aku seneng banget lebih dari saat aku jadian sama Santi dan Tika!”
“Lalu bagaimana dengan Santi dan Tika?”, tanya Ichsan dengan
raut muka yang berbeda.
“Mereka tetep jadi pacarku lah... Hahaha”, tawa Donny.
***
"Dringgg..."
Donny kemudian membuka handphonenya. Pagi ini tidak seperti
biasa, fajar belum menyingsing pun sudah ada sms masuk.
"Dasar kamu playboy kurang ajar! Kita putus!", sms
dari Santi.
"Dringgg..."
"Dasar kamu tak tahu malu! Gak punya hati! Kita
putus!", sms dari Tika.
Donny pun bingung mengapa kedua pacarnya tersebut tiba-tiba
memutuskan hubungan dengan dirinya.
"Dringgg..."
"Sayang, nanti siang kita jalan yuk ke Taman Hijau. Aku
udah kangen banget nih gak lihat wajahmu yang tampan. Besok, aku mau ngasih
hadiah spesial buat kekasihku tersayang nih. Datang ya, muacchh.", sms
dari Lina.
Di saat kesal melanda hatinya, Donny pun terhibur dengan sms
dari pacar barunya tersebut. Segala hal tentang Santi dan Tika pun dia lupakan
dengan mudahnya, tidak peduli dengan perasaan mereka. Donny telah merasa
menemukan teman hidupnya yang sebenarnya.
***
"Donny sayang!!!", teriak Lina dari kejauhan.
"Iya Lina sayang, jangan teriak-teriak gitu dong. Aku
jadi agak malu nih... Eh, mau ngasih hadiah apa nih?", tanya Donny
penasaran.
"Aku mau... Mencium pipi kamu... Boleh gak? Akhir-akhir
ini aku selalu memikirkanmu. Aku terlalu jatuh cinta sama kamu. Aku berharap
dengan mencium pipimu, kita gak akan pernah terpisahkan lagi.", ucap Lina
dengan hati-hati.
"Ya tentunya boleh dong! Jadi gak enak nih, eh
maksudnya jadi enak nih... hehehe...", canda Donny.
"Tutup mata dulu dong... Aku malu nih kalau mau mencium
sayang tapi dilihatin.", rengek Lina.
Segera Donny dengan senangnya menutup matanya. Dia sangat
senang bisa mendapatkan Lina sebagai kekasihnya. Dia benar-benar jatuh cinta
kepadanya. Dia...
"Bruukkk!!!"
Muka Donny tiba-tiba terkena tepung dan telur mentah dalam
jumlah besar. Tidak hanya muka, bahkan seluruh badan Donny kotor dan berbau
amis. Lalu, tiba-tiba ada seseorang yang datang kepadanya dan mengalunginya
dengan papan bertuliskan AKU PLAYBOY KAMPUNGAN YANG TAK TAHU DIRI.
Donny tidak dapat melihat jelas siapa orang itu. Apa mungkin
itu Lina? Atau mungkin Tika dan Santi yang marah?
Lalu seseorang itu kembali padanya.
"Dasar kamu sahabat tak tahu diri, tidak mengerti
keadaan sahabatmu yang dari dulu sering membantumu."
Itu jelas sekali suara Ichsan. Ichsan, mengapa dia begitu?
Donny terlalu pusing dan ketika ada telur yang menghinggapi tubuhnya lagi, dia
tersadar...
---Oh dia itu Lina. Dia itu adek kelas kita. Dia itu anaknya
cantik, manis, dan tinggi pula. Senyumnya itu sangat menawan hingga bisa
meluluhkan hati. Matanya itu bisa menggetarkan langkah ketika ingin
mendekatinya. Dan, sosoknya terasa begitu hangat serasa ingin bisa duduk
ngobrol dengan dirinya.---
---Perempuan yang kusuka sekarang mengacuhkanku---
Donny baru tersadar bahwa Ichsan sebenarnya menyukai Lina.
Dia tidak tahu kalau ternyata kebiasaannya mencari wanita telah mengorbankan
sahabatnya sendiri. Apa jangan-jangan semua ini ulah Ichsan?
Mungkin ini yang dinamakan multiplier effect, suatu hal yang terjadi tidak akan semata-mata
terhenti saat itu juga. Hal itu akan memberikan efek terhadap hal lain yang bisa
saja berdampak lebih besar pada sumbernya.
No comments:
Post a Comment