TRANSLATE THIS BLOG
Sunday, December 12, 2010
WikiLeaks: Gosip Macam Apa?
Mendadak saja dunia politik dihebohkan oleh dokumen yang disebarkan WikiLeaks. Beragam kisah di balik sepak terjang politik Amerika Serikat berkaitan dengan negara lain, termasuk Indonesia. Mulai dari hal konyol macam pesta liar perdana mentri Italia, hingga hal mengerikan pembantaian di Baghdad. Apakah semua informasi itu fakta atau fiksi?
Informasi mencengangkan dari WikiLeaks memicu gosip di seantero dunia. Bagaimana sebaiknya kita menyikapi gosip yang kadang destruktif atau memicu sikap negatif?
Ilmuwan berpendapat bahwa membicarakan orang lain dapat membantu kita mencerna informasi penting. “Sebuah kelompok yang membahas gosip dapat melahirkan kebenaran dari sesuatu informasi,” jelas Charles Walker, psikolog dari St. Bonaventure University, New York, seperti yang diansir LiveScience. “Aktivitas itu semacam membuat berita secara informasl, mereka tidak lagi sekedar memuaskan rasa ingin tahu satu sama lain.”
Menurut Walker, gosip jarang yang palsu, bahkan ia menganalisa kepalsuan dalam gosip itu hanya kurang dari 10% saja, itupun secara disengaja.
Dalam buku “Grooming, Gossip, and the Evolution of Language,” (Harvard University Press, 1998), antropolog dari Oxford, Robin Dunbar, berpendapat bahwa gosip dan bahasa sudah dikenal bangsa primata sejak lama, baik bergosip secara langsung atau melalui media massa, an kini Internet.
Walker mengemukakan, gosip negative biasanya muncul ketika orang yang digosipkan tidak menanggapi gosip sebelumnya, sehingga si penggosip mencari-cari sisi jelek dari obyeknya. Gosip negated memang lebih banyak disukai, terbukti sebanyak 60-70% gosip yang beredar adalah gosip negatif. Barangkali ini yang menjadi dasar idiom“bad news is a good news”.
Lalu bagaimana dengan informasi dari WikiLeaks yang kini jadi bahan omongan dimana-mana? Gosip yang dipicu WikiLeaks bisa jadi tidak akan memiliki efek jangka panjang, demikian menurut Gary Alan Fine, sosiolog dari Northwestern University, Illinois, dan penulis “The Global Grapevine: Why Rumors of Terrorism, Immigration and Trade Matter” (Oxford University Press, 2010).
Gosip WikiLeaks bisa jadi akan dipakai untuk membentuk reputasi politik seseorang atau sekumpulan orang. Jika informasi itu hanya seputar apa yang dilakukan perdana mentri Turki di waktu senggangnya, maka tak banyak orang tertarik. Kebocoran informasi yang disebarkan WikiLeaks baru akan menjadi masalah serius ketika sungguh-sungguh mengancam reputasi seseorang atau negara.
Diterjemahkan secara bebas dari LiveScience.com
Foto: http://lutviah.files.wordpress.com/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment