TRANSLATE THIS BLOG

Translate this page from Indonesian to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Widget edited by Anang

Wednesday, December 15, 2010

Pengalaman Seorang Pencari Ilmu di Leipzig


Menginjakkan kaki ke Jerman, untuk studi atau riset, sudah menjadi mimpi saya sejak mahasiswa S1 tingkat satu di Indonesia. Alhasil, mimpi tersebut baru dapat terealisir, setelah DAAD memberikan surat persetujuan bagi saya untuk studi doktorat/PhD/S3 di jerman. Sewaktu saya berkirim surat dengan profesor di Pusat Bioinformatika Universitas Leipzig, belum ada bayangan akan seperti apa kota yang akan saya datangi. Begitu mengetahui bahwa Leipzig terletak di negara bagian Sachsen merupakan eks DDR (Deutsche Demokratische Republic), langsung saya terbayang beberapa film, yang menggambarkan betapa suramnya eropa timur dibawah pendudukan Uni Soviet. Sewaktu melakukan perjalanan ke Leipzig, bayang-bayang ‘pendudukan Soviet’ tersebut masih terasa di benak.
Namun, setelah menginjakkan kaki di stasiun Leipzig, ternyata semua itu hanya persepsi saya belaka. Leipzig ternyata telah menjadi kota besar, yang secara ekonomi dan politik sejajar dengan kota-kota lain di barat. Pembangunan kota Leipzig dilakukan secara ekstensif, sehingga infrastruktur transportasi tersedia dengan lengkap. Bangunan untuk apartemen mahasiswa, dimana saya tinggal, juga merupakan bangunan baru. Leipzig telah menjadi kota besar, dimana sudah semakin banyak dikunjungi orang asing.
Alhasil, dari sejak hari pertama tiba di pusat bioinformatika Uni Leipzig, saya sudah takjub dengan sistim kerja kelompok penelitian disana. Dalam institusi tersebut, sudah ada pembagian tugas yang sangat jelas, dalam hal penelitian. Sudah ada kelompok penelitian Bioinformatika yang memiliki kualitas diakui di seluruh eropa. Payung penelitian yang ada, pun memberikan pilihan-pilihan menarik bagi saya. Akhirnya saya memilih topik mengenai bioinformatika protein, karena itu yang lebih menarik dan sesuai dengan latar belakang saya di ilmu kimia. Berbeda dengan persepsi banyak orang mengenai Jerman, yang menganggap bahwa mereka tidak mau berbahasa Inggris, semua mahasiswa yang bekerja di pusat bioinformatika dapat berbahasa Inggris dengan baik.
Generasi muda Jerman memang sudah mulai mempelajari bahasa Inggris, karena pengaruh media massa dan internet. Sikap ‘anglophobia’ sudah mulai perlahan-lahan ditinggalkan oleh Jerman, semenjak semakin banyak dibuka kelas internasional dalam bahasa inggris. Hal yang sama juga sudah diterapkan di Uni Leipzig.
Banyak keluhan yang disampaikan kepada penulis, bahwa orang jerman sangat sukar untuk diajak berteman. Dalam kondisi normal, memang hal itu benar. Sebagai bangsa barat, kultur individualisme mereka sangat kuat. Peran keluarga sudah tidak sedominan di asia, sehingga hubungan antara anggota keluarga bahkan cenderung renggang. Bahkan dalam berteman sekalipun, orang jerman cenderung pemilih. Bukan pada faktor karena kita orang asing, namun lebih pada ‘chemistry’ apakah orang ini pantas dijadikan teman atau tidak. Bahkan diantara orang jerman sendiri, cenderung lingkaran pergaulan mereka tidak seluas orang Indonesia atau orang asia lainnya. Namun, ada beberapa tips, yang dapat mempermudah kita untuk menemukan teman orang jerman. Paling tidak, tips ini berfungsi dengan baik di Leipzig. Akan saya jabarkan di bawah.
Universitas Leipzig memiliki Departemen Studi Timur asing (Institut für Orientwissenschaft). Kompetensi utama dari departemen tersebut adalah melakukan kajian terhadap budaya timur atau asia. Di departemen tersebut, Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata kuliah, yang juga diminati mahasiswa Jerman. Bahkan ada yang melakukan penelitian mengenai Bahasa Indonesia. Dalam konteks itu, kita bisa menemukan tandem partner dari mahasiswa jerman yang belajar bahasa Indonesia. Pusat bahasa Uni Leipzig memiliki situs internet, yang dapat mempertemukan kita dengan mahasiswa jerman yang sedang mempelajari bahasa Indonesia.
Dalam berkomunikasi dengan mahasiswa tersebut, kita dapat memperbaiki bahasa jerman, sambil mengajari dia bahasa Indonesia. Ini adalah interaksi yang sangat menarik, sebab kita memang bertemu orang jerman yang tertarik untuk berteman dengan orang Indonesia. Sampai sekarang, penulis telah mendapatkan sahabat baik orang jerman dari fasilitas tandem partner tersebut. Dia adalah mahasiswa jerman yang pernah tinggal di Indonesia selama setahun.
Kesan saya terhadap Leipzig, adalah, ini merupakan kota yang sangat bagus untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan sangat menarik untuk mempelajari kultur yang berbeda dengan kita.
Sumber gambar: http://photos4you.net/__oneclick_uploads/

No comments:

Post a Comment