TRANSLATE THIS BLOG
Saturday, November 13, 2010
Spritual Mind; Landasan Perkembangan Remaja
Keluarga adalah pusat kehidupan rohani anak dan mempunyai ikatan emosi terhadap pemikirannya di kemudian hari. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Perkembangan spiritual diawali dari dalam keluarga dan selanjutnya berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebenarnya masa remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah. Yang menonjol pada periode ini adalah mengenai kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri, mulai meyakini kemauan, potensi dan cita-cita. Dengan kesadaran tersebut remaja berusaha menemukan jalan hidupnya, mencari nilai-nilai tertentu seperti kebajikan, keluhuran, kebijaksanaan dan keindahan. Perjalanan mencari jati diri dilandasi oleh fundamen spiritual yang dibekali oleh remaja sejak masa kanak-kanak. Landasan spiritual yang diberikan pada masa kanak-kanak berpengaruh besar pada perkembangannya di masa yang akan datang. Faktor-faktor kebaikan selalu ditanamkan oleh keluarga yang terkadang harus menyita waktu dan biaya. Landasan yang diberikan sejak dini, ditanamkan mulai dari hal-hal kecil bersifat keagamaan di rumah sampai dengan mengirimkan sang anak untuk memasuki jenjang pendidikan yang banyak mengajarkan nilai-nilai lebih pada bidang keagamaan dan moralitas.
Begitu banyak orang tua yang mengeluh, bersusah hati bahkan benar-benar panik memikirkan anak-anaknya yang telah remaja menjadi keras kepala, mudah tersinggung dan sering melawan. Antara anak dengan orang tua sering bertengkar, karena kelakuan-kelakuan yang melanggar aturan, nilai-nilai moral dan norma agama. Di samping itupun, tidak sedikit pula remaja-remaja merasa tidak mendapat tempat dalam masyarakat dewasa, bahkan diantara mereka ada yang merasa sedih dan penuh penderitaan dalam hidupnya, merasa tidak dihargai, merasa tidak disayangi oleh orang tua, bahkan merasa dibenci dan dihina. Keadaan tersebut menimbulkan kegoncangan jiwa hingga mereka merasa mampu bertanggung jawab untuk dirinya sendiri. Sumber kegoncangan emosi remaja adalah konflik yang terjadi antara diri remaja sendiri, keluarga, masyarakat ataupun di sekolah. Besar atau kecilnya kegoncangan jiwa yang dialami remaja telah banyak menimbulkan permasalahan dan keresahan bagi dirinya sendiri, para orang tua, guru juga pemerintah.
Tidak sedikit usaha bagi orang tua, guru dan pemerintah untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh remaja. Salah satu dengan menanamkan pengaruh kepercayaan agama. Perkembangan mental remaja kearah berpikir logis dapat mempengaruhi pandangan terhadap Tuhan yang telah menciptakan segala peristiwa di alam ini, dan kepercayaan akan akhirat, hari pembalasan, dimana setiap orang akan mendapat ganjaran dan siksaan sesuai dengan perbuatannya. Takut akan neraka dan berharap akan masuk surga dalam ajaran agama memainkan peranan penting mengatasi gejolak emosi remaja. Rasa berdosa dan menyesal pada usia remaja sangat mengganggu keimanan dan keyakinan hingga membawa mereka ke jalan taubat untuk mengembalikan keseimbangan jiwa. Dengan demikian nilai-nilai spritual pada diri remaja ikut bergejolak antara ingin melakukan kejahatan ataupun kebaikan.
Pembinaan moral spiritual terjadi melalui pengalaman dan kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Nilai-nilai moral spiritual yang berhubungan dengan keagamaan bersifat tetap dan tidak berubah-ubah oleh waktu maupun tempat. Ibadah bagi remaja seolah dapat menentramkan batin yang gelisah. Bagi remaja yang bersemangat positif ada kecenderungan untuk mengembangkan rasa spiritualnya sesuai dengan pertumbuhan perkembangan pribadi yang dialaminya. Misalnya remaja ikut aktif kegiatan-kegiatan yang bersifat spiritual, mengikutsertakan diri dalam organisasi dan lembaga-lembaga keagamaan, ceramah agama serta aktivitas-aktivitas sosial yang bersifat spiritual.
Agama sebagai fundamen bagi perkembangan remaja akan membawa dampak pemikiran positif dan bersifat spiritual, seperti, bahwa Tuhan adalah penolong hambanya setiap saat hingga dapat melakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan yang buruk karena akan membawa pada jalan menuju surga ataupun neraka.
Secara umum dapat kita sebutkan bahwa sifat dan problema remaja siapapun pastilah akan merasakan bahkan telah melaluinya. Mungkin saja remaja telah melakukan sesuatu yang tercela dan dilarang oleh agama, namun sebaiknya kita dapat menunjukkan bahwa apa yang mereka alami tersebut dapat diatasi dan dapat dicarikan solusi dengan ketentuan ajaran agama. Setiap orang, terutama remaja, akan merasa senang apabila orang lain dapat memahami dan mengerti perasaannya. Dengan demikian remaja dapat bergabung dan bersimpati pada jalan kebaikan sehingga kita pun akan menemukan jalan untuk pembinaan kearah masa depan remaja yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
- - – - – - – - – - – - – - – - – — – - – - — – - – - — – - – - – - – - – - – - – - — – - – - – - – - – - -
Daftar Pustaka
1. Prof.Dr. Zakiah Daradjat; Ilmu Jiwa Agama, PT Bulan Bintang, Jakarta, 1993
2. DR. Kartini Kartono; Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Mandar Maju, Bandung, 1990
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment