TRANSLATE THIS BLOG

Translate this page from Indonesian to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Widget edited by Anang

Monday, September 13, 2010

Adu Kesaktian Antibiotik dan Bakteri




Netsains.Com - Saat ini terdapat bermacam-macam antibiotik dari kelas dengan struktur kimia dan mekanisme kerja yang berbeda. Namun data Infectious Diseases Society of America (IDSA) menunjukkan bahwa dari tahun 1983 hingga 2007, persetujuan izin edar antibiotik menurun sebanyak 75%. Dalam tiga tahun terakhir hanya dua antibiotik baru yang lolos ke pasaran yakni doripenem dan telavancin.

Penggunaan antibiotik yang seenaknya seperti penggunaan yang tidak dihabiskan ataupun pemberian tanpa dasar pemeriksaan yang jelas, adalah penyebab utama fenomena banyaknya bakteri kebal antibiotik sehingga penyakit menjadi sulit disembuhkan. Semakin hari semakin banyak pula bakteri yang kebal terhadap antibiotik, dan bahkan malah ada yang mampu mengonsumsinya.

Belum lama ini diberitakan kemunculan gen baru yang memungkinkan bakteri menjadi kebal pada sebagian besar antibiotik, termasuk karbapenem yang termasuk golongan antibiotik baru saat ini. Gen yang dinamai NDM-1 (New Delhi metallo-beta-lactamase 1) ini banyak ditemukan pada bakteri Escherichia Coli, tetapi biasanya sifat kebal antibiotika pada bakteri berada pada materi genetik yang dapat dipindahkan ke bakteri lain baik yang sejenis maupun berbeda jenis. Demikian seperti diberitakan di www.digitaljournal.com.

Menurut Dr Brad Spellberg dari Geffen School of Medicine di UCLA, antibiotik berbeda dengan obat lain karena efektifitasnya saat ini dapat berkurang drastis setelah 15-20 tahun kemudian. Jika fenomena ini terus berlanjut, resistensi antibiotik tak hanya akan menjadi ancaman untuk kalangan manula atau mereka dengan sistem imun yang rentan. Semua orang tanpa kecuali akan terancam oleh infeksi bakteri yang semestinya dapat disembuhkan namun tak bisa. Hal ini akan mempengaruhi berbagai proses pengobatan seperti transplantasi organ, dialisis, atau perawatan bayi prematur, hingga kemoterapi kanker. Saat ini mungkin kita sedang menuju era dimana infeksi bakteri menjadi tak dapat tertangani.

Harapan itu Masih Ada

Tetapi harapan itu belum sirna. Fenomena meluasnya resistensi bakteri dan stagnasi pada pengembangan obat antibiotik telah membuat IDSA meluncurkan inisiatif untuk menyegarkan pengembangan antibiotik.

Pada November 20, IDSA menyurati Amerika dan Uni Eropa untuk mengembangkan dan mendaftarkan sepuluh antibiotik baru dalam sepuluh tahun mendatang, yakni pada tahun 2020. Seruan ini dikenal dengan istilah 10 / ’20 Initiative yang merupakan tindak lanjut dari pertemuan presiden Amerika Barack Obama dan perdana menteri Swedia Fredrik Reinfeldt pada tanggal 2 dan 3 November di Washington, DC. Pada acara ini, Obama dan Reinfeldt mengembangkan kelompok kerja lintas benua untuk mendukung penelitian dan pengembangan obat antibiotik baru.

Tujuan dari 10 X ’20 Initiative adalah untuk menciptakan penelitian yang berkesinambungan dan model infrastruktur yang menyediakan insentif pada penelitian antibiotik. Upaya ini dimaksudkan sebagai sebuah strategi global yang diperlukan untuk mewujudkan dan menciptakan infrastruktur yang stabil untuk pengembangan antibiotik baru. Demikian seperti dilansir oleh Medicalnewstoday.

Kabar melegakan lain datang dari sebuah perusahaan penelitian di Inggris yang tengah mengembangkan suatu obat antibiotik baru dengan nama percobaan XF-73. XF-73 telah diuji pada empat strain bakteri paling ganas dan kebal antibiotik dari Hospital Associated (HA) dan Community Associated (CA)-MRSA.

Obat ini terbukti efektif pada sejumlah bakteri Gram positif seperti Clostridium difficile dan mampu membunuh bakteri dalam hitungan menit dengan menyerang membran sitoplasma bakteri, bahkan ketika berada dalam bentuk biofilm. Dengan mekanisme kerja baru, obat XF tidak terpengaruh dengan jalur resistensi bakteri yang telah ada.

Sejak ditemukannya, antibiotik telah menjadi pilihan utama dalam peperangan melawan bakteri penyebab penyakit. Ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik tertentu, para ilmuwan mengembangkan antibiotik baru, hingga kemudian muncul pula bakteri yang kebal terhadap antibiotik baru tersebut. Begitu seterusnya seperti lingkaran tak berujung pangkal.

Kini dengan kemunculan bakteri yang nyaris resisten pada semua antibiotik dan antibiotik baru yang memiliki kemampuan luar biasa, siapakah yang akan memenangkan pertarungan panjang ini? Antibiotik ataukah bakteri?

No comments:

Post a Comment