Penyakit Sapi Gila Menular Pada manusia
Monday, September 14, 2009
By abrianto
Penyakit sapi gila yang telah berjangkit di Amerika pada tahun 2003 yang lalu memang telah menimbulkan kepanikan serta kerugian yang luar biasa. Sebenarnya penyakit ini telah lama diketahui, pertama kali ditemukan di Inggris pada tahun 1985. Beberapa Hewan yang ditemukan terinfeksi penyakit ini adalah keluarga Ruminansia yaitu : sapi, kerbau, babi, kambing dan domba, pada umur tiga sampai lima tahun.
Penyakit ini ditengarai ditularkan kepada hewan ternak lain melalui beberapa cara yaitu :
• Pemberian pakan ternak dari daging atau tulang yang telah terinfeksi oleh penyakit sapi gila.
• Peralatan kandang.
• Kendaraan pengangkut.
• Alat penggiling makanan.
• Induk yang bunting kepada anaknya.
Hewan ternak sapi yang terkena penyakit Sapi Gila ini mempunyai Gejala klinis sbb :
1. Depresi
2. Penurunan produksi susu
3. Ambruk
4. Ataxia
5. inkoordinasi
6. Tremor (kuping bergetar) atau kejang-kejang
7. Hipersalivasi (air liur keluar secara terus menerus).
Bagaimana penyakit sapi gila (BSE) ini dapat berjangkit pada manusia ?. Berdasarkan penelitian, sebagian besar penularan berasal dari otak sapi yang dikonsumsi sebagai makanan serta sifat dari penyakit ini yang “zoonosis”, sehingga memudahkan untuk dapat menyerang manusia, yang dikenal dengan nama “Subacute Spongiform Encephalopathy” (SSE).
Pada otak sapi yang terkena penyakit sapi gila (BSE) terdapat bahan infeksius yang baru dikenal dan disebut “prion” (Proteinaceuous infectious particles). Prion bukan benda hidup yang lengkap layaknya bakteri, virus ataupun protozoa. Prion dapat dibedakan dari virus atau viroid karena tidak memiliki asam nukleat dan oleh karenanya dia tahan terhadap semua prosedur yang bertujuan mengubah atau menghidrolisa asam nukleat termasuk ensim protease ,sinar ultraviolet, radiasi dan berbagai zat kimia seperti deterjen, zat yang menimbulkan denaturasi protein seperti obat disinfektan atau pemanasan/perebusan. Namun yang mengherankan prion memiliki kemampuan memperbanyak diri melalui mekanisme yang hingga saat ini belum diketahui.
Selain penyakit sapi gila (BSE), Prion sampai sekarang dianggap sebagai benda yang bertanggung jawab terhadap kejadian ensefalopati pada beberapa penyakit lainnya seperti :
1. Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD).
2. Gerstmann-Straussler Syndrome.
3. Penyakit Kuru yaitu sejenis penyakit kelumpuhan yang timbul pada keluarga tertentu .
Semuanya penyakit ini memiliki gejala yang sama yaitu degenerasi jaringan otak. Sebenarnya, struktur gene Prion telah ditemukan dan diketahui pula bahwa pada binatang yang terinfeksi maupun pada percobaan inokulasi prion maka akan terjadi penumpukan prion pada jaringan otak . Prion diduga menyebar melalui dan di dalam jaringan saraf .
Gejala CJD diawali perlahan-lahan dengan munculnya kebingungan, kemudian timbul kepikunan yang progresif , lalu timbul kesulitan berjalan serta gemetaran . Selanjutnya penyakit ini akan menyerang dengan cepat dan kematian biasanya terjadi dalam 3 sampai 12 bulan, dengan rata-rata 7 bulan.
Penyakit CJD telah dilaporkan oleh berbagai negara di dunia, antara lain Amerika Serikat, Chili, Slovakia dan Israel. Tetapi pada pertengahan tahun 1999 telah dilaporkan lebih dari 40 kasus mirip CJD yang dikenal sebagai variant Creutzfeldt-Jakob Disease (vCJD) dan hampir semua kasus berasal dari Inggris , negara dimana dalam 10 tahun sebelumnya terjadi wabah BSE yang menimpa ribuan sapi.
Keprihatinan yang timbul disebabkan kemungkinan penularan CJD karena mengkonsumsi daging sapi yang terkena infeksi prion menyebabkan dilakukannya penelitian epidemiologi secara besar-besaran . Hasil penelitian sampai saat ini menyatakan bahwa varian baru CJD mungkin memang ada. Penyakit itu yang dikenal sebagai vCJD , dilaporkan muncul di Inggris dan beberapa negara Eropa.
Akan tetapi sebenarnya CJD dan vCJD adalah dua hal yang berbeda, karena tidak seperti CJD yang menyerang orang-orang usia lanjut (60 – 80 tahun, dan lebih dari 99% menyerang umur lebih dari 35 tahun) , vCJD menyerang anak muda (20-30 tahun), di samping itu hasil pemeriksaan elektroensefalografipun berbeda, dan perjalanan penyakit vCJD lebih panjang daripada CJD.
Varian CJD berlangsung 12 – 15 bulan sedangkan CJD hanya 3 -6 bulan. Dalam eksperimen pada otak tikus, ternyata otak sapi yang sakit dapat menularkan penyakit spongiform encephalopathy yang sama pada tikus. Meskipun demikian belum tentu BSE merupakan penyebab vCJD. Karena meskipun penyakit itu serupa namun banyak perbedaan yang jelas yang mendukung bahwa mungkin vCJD hanyalah suatu varian dari CJD yang ditemukan setelah dilakukan penelitian epidemiologi besar-besaran sehubungan dengan dugaan kemungkinan BSE sebagai penyebab CJD.
Pada tahun 1999 suatu varian baru CJD (vCJD) muncul dan dikaitkan keberadaannya dengan penyakit sapi gila. Meskipun demikian sampai sekarang belum ada bukti yang terdokumentasi bahwa infeksi prion pada manusia terjadi akibat penularan prion dari binatang. Sampai sekarang hanya manusia yang diyakini sebagai reservoir Creutzfeldt-Jakob Disease.
Dalam catatan kepustakaan, penularan CJD dari manusia ke manusia dapat terjadi pada penggunaan alat yang tidak steril dari prion, misalnya pernah dilaporkan pada operasi transplantasi kornea mata, dan penggunaan elektroda perak pada stereotaktik elektroensefalografi . Di dalam penelitian di laboratorium, jaringan otak, cairan otak dan sumsum tulang belakang yang mengandung prion akan terus menularkan penyakit tersebut apabila diberikan kepada primata dan hewan lainnya.
Penularan prion yang terkait CJD sampai sekarang masih sulit dikontrol melalui sterilisasi karena sifatnya yang tahan terhadap cara-cara sterilisasi biasa termasuk merebus dalam air sampai mendidih, memberikan radiasi ultraviolet, radiasi pengion, alkohol 70%, dan formalin 10%.
Sumber :
• infeksi.cominfeksi.com
• vet-klinik.com
• freakingnews.com
• blog.erdener.org
• britishbeef.co.uk
Tags: bse, mad cow, penyakit sapi, sapi gila
No comments:
Post a Comment