Naskah Keong Mas
KEONG MAS
Tokoh :
1. Aditya Riskian sebagai Raden Inu Kertapati
2. Aprilia A. C. sebagai Dewi Galuh Candra Kirana (Kirana)
3. Linggar Galih M. sebagai Galuh Ajeng ( Ajeng)
4. Zulaikah T. sebagai Penyihir
5. Elmi Karimah sebagai Nenek dari Desa Dadapan
6. Adika Fajar W. sebagai Raja Daha
ADEGAN 1
Di Istana Kerajaan Daha , hiduplah seorang Raja bernama Raja Daha bersama dua putrinya yang cantik jelita. Putrinya yang bernama Dewi Galuh Candra Kirana adalah seorang perempuan yang ramah dan cantik. Dia akan dinikahkan dengan pangeran dari kerajaan kahuripan, Raden Inu kertapati.
Raja Daha : “ Putriku, kemarilah!”
( Memanggil kedua putrinya)
Kirana : ( Menghampiri)
“ Ada apa, pa?”
Ajeng : ( Datang menyusul di belakang Kirana)
“ Apakah Papa juga memanggilku?”
Raja Daha : “ Iya, putriku. Ada yang ingin Papa sampaikan pada kalian berdua. Besok, Raden Inu Kertapati dari kerajaan Kahuripan akan datang kemari.”
Ajeng : “ Lalu kenapa? Apa hubungannya sama kami, pa?”
Raja Daha : “ Papa sudah membuat perjanjian dengan Ayahnya, bahwa Papa akan menikahkan salah satu putri Papa dengan Raden Inu.”
Ajeng : ( Berbinar senang)
“ Siapa diantara kami yang akan dinikahkan dengan Raden Inu, Pa?”
Raja Daha : “ Kami sudah sepakat untuk menikahkan Candra Kirana dengan Raden Inu.”
Kirana : ( Tersenyum gembira dan memeluk Raja Daha)
“ Thank you so much, Papa…Aku sangat bahagia sekali. Pernikahan ini adalah impianku sejak kecil….”
Raja Daha : “ Benarkah putriku? Kalau begitu memang tidak salah, Papa memilihmu sebagai calon isteri Raden Inu. Ayo, kita persiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan Raden Inu besok.”
Raja Daha dan Candra Kirana meninggalkan ruangan yang kini hanya dihuni oleh Galuh Ajeng . Meskipun Candra Kirana dan Ayahnya bahagia dengan pernikahan ini, ternyata Galuh Ajeng mempunya pendapat yang berbeda. Dia merasa marah dan kecewa.
Ajeng : “ Aku tidak setuju mengenai pernikahan ini! Kenapa harus Kirana yang dipilih dan bukan aku!? Padahal secara nyata jelas aku yang lebih cantik dari dia!! Huh, ini tidak adil! Hanya aku satu-satunya yang menjadi isteri Raden Inu!! Hanya aku, bukan Kirana! Sekarang apa yang harus kulakukan?”
( Berpikir keras sembari mondar-mandir)
“ AHA! Aku punya Ide yang cemerlang!”
ADEGAN 2
Galuh Ajeng yang membuat sebuah rencana buruk untuk Kirana segera pergi ke dalam hutan untuk menemui seorang penyihir.
Ajeng : “ Permisi!! Apa ada orang di sini!??”
Penyihir : “ Oh, yes! Silahkan masuk gadis cantik, kemarilah…”
Ajeng : “ Hm, aku membutuhkan bantuanmu! Tolong bantu aku!”
Penyihir : “ kamu ingin aku melakukan apa?”
Ajeng : “ Aku ingin pernikahan Kirana dengan Raden Inu dibatalkan!!”
Penyihir : ( Manggut-manggut)
“ Oh..ya..ya…ya aku mengerti maksudmu. Lalu kamu ingin aku melakukan apa untuk Kirana? Mengutuknya?? Kutukan apa yang kamu inginkan? Berupa racun mematikan atau aku mengutuknya terkena tetanus!!?”
Ajeng : “ Semuanya aku serahkan padamu! Yang jelas aku ingin Kirana menderita!!”
Penyihir : “ Ok, aku akan mengutuk Candra Kirana sehingga dia tidak dapat menikah dengan Raden Inu!!”
Ajeng : ( Tersenyum senang)
“ Terimakasih atas bantuanmu, senang bekerja sama dengan penyihir sepertimu! Ini uang sebagai upah awal untukmu. Nanti kalau kutukanmu berhasil, aku akan memberikan lebih BANYAK lagi!!”
Penyihir : ( Menerima uang itu)
“ Tentu saja! Sekarang aku akan mempersiapkan kutukan untuknya…”
( Masuk ke dalam)
Ajeng : “ Akan kutunggu kabar darimu, penyihir!! Sampai jumpa!!”
( melambaikan tangan dan berbicara sendiri dengan sinisnya)
“ Hahhaahaha…..Candra Kirana, saudaraku yang malang!! Sungguh kasihan sekali dirimu! Hahahaha!!!”
Adegan 3
Setelah meminta bantuan pada penyihir, Galuh Ajeng kembali ke Istana dan ingin bertemu Raja Daha.
Ajeng : “ Papa…papa…papa dimana? Ada yang ingin aku bicarakan!!”
Papa : “ Ada apa putriku?”
Ajeng : “ Ini tentang Candra Kirana, Papa.”
( Pura-pura panic)
Raja Daha : “ Ada apa dengannya?”
Ajeng : “ Dia…dia ternyata selama ini menjalin hubungan dekat dengan salah satu pengawal kita, Pa…! Ini, aku menemukan surat cinta yang ditulis oleh Kirana untuk pengawal itu di kamarnya!”
Raja Daha : ( Membaca surat itu dan murka)
“ APA!? Dasar gadis nakal, anak tak tahu diri! Sudah mau menikah malah bercinta sama pengawal kurang ajar itu!”
Ajeng : “ Papa, sabar pa…sabar…” ( Menenangkan dan diam-diam dia tersenyum sinis)
Raja Daha : “ Kirana!! Kirana!!!”
Kirana : “ Ada apa , Pa?”
Raja Daha : “ Ada apa, kamu bilang!? Baca ini!!”
( Melempar surat itu ke muka Kirana)
“ Berani sekali kamu, yaa…!!”
Kirana : ( Membaca surat itu dan menggelengkan kepalanya dengan panic)
“ Oh, ini fitnah Papa!Aku tidak pernah melakukannya! Tolong Pa, percaya padaku!”
Raja Daha : “ Cukup!! Keluar kamu dari istana ini! Keluar!! Kamu dengan pengawal brengsek itu, keluar!!!”
Kirana : ( Menangis)
“ Tapi, Pa…”
Raja Daha : “ KELUAR!!!”
ADEGAN 4
Candra Kirana merasa sangat sedih dan dia pun meninggalkan istana. Dia pergi ke pantai dan di sana dia bertemu si Penyihir.
Penyihir : “ Hwahahahaha!! Halo, Candra Kirana! Apa kabarmu, Hah? Kelihatannya kamu sangat sedih hari ini? Hwahahaha…”
Kirana : “ Siapa kamu? Kenapa kamu sangat buruk rupa?”
Penyihir : “ Diam! Aku ke sini untuk mengutukmu menjadi keong!! Saudara macam mana saudaramu itu hingga dia ingin aku mengutukmu!!? Kamu tahu, dia tidak setuju dengan pernikahanmu! Hwahahaha!!”
Kirana : “ Apa? Galuh Ajeng mau mengutukku?!”
Penyihir : “ Ya iyalah! Masa ya iya dong?? Dasar perempuan bodoh! Terima ini!! ABROKOKOK!! Hwahahaha!!”
Kirana : “ AAAAA!!!!” ( Berubah jadi keong)
Penyihir : “ Hwahahaha!!!! Kamu hanya akan menjadi manusia pada waktu siang hari, tapi bila menjelang malam, kamu akan kembali menjadi keong!! Kutukan ini akan berakhir bila kamu bertemu dengan Raden Inu!! Hwahahaha…Bubye!!!”
ADEGAN 5
Candra Kirana telah dikutuk menjadi keong mas. Dan terdampar begitu saja di pantai Desa Dadapan. Suatu hari, ada seorang Perempuan sedang mencari ikan di pantai. Dia menemukan keong mas itu, dan membawanya pulang.
Mbok Rondo : “ Oh, keong yang sangat cantik!! Aku akan membawanya pulang!”
Setibanya dipondok, Mbok Rondo meletakkan keong itu di tempat yang aman. Lalu dia beristirahat sejenak di kursi.
Mbok Rondo : “ Hufh, sampai jam segini aku belum juga mendapatkan ikan. Aku harus mencari ikan lagi, kalau tidak mendapat ikan, aku mau makan apa?”
( Pergi keluar untuk mencari ikan)
Kirana : “ Loh, kenapa aku bisa di sini? Oh iya, tadi ‘kan ada seorang nenek yang membawaku. Kasihan sekali nenek itu, untuk makan saja dia harus mencari ikan terlebih dahulu. Aku akan membelikan makanan untuknya.”
Dengan uang yang dibawanya dari istana, Kirana membelikan makanan-makanan lezat untuk si Nenek. Makanan itu ditatanya rapi di atas meja. Ketika hari mulai menjelang malam, dan si Nenek belum juga pulang, Kirana harus kembali menjadi keong.
Kirana : “ AAAAA!!!”
Tidak lama kemudian Nenek pulang ke pondok sambil marah-marah.
Nenek : “ Sialan! Hari ini ikan-ikan pada kemana sih? Gara-gara dia aku tidak dapat makanan deh! Mau makan apa hari ini!?”
( Terkejut melihat ada makanan di atas meja)
“ Wow, darimana makanan ini datang?? Kelihatannya lezat sekali!! Siapa yang berbaik hati memberikannya untukku ya? Ya, sudahlah…yang penting sekarang aku makan dulu.”
Keesokan harinya, Kirana kembali menyediakan makanan untuk sang Nenek. Tapi dia tidak tahu kalau hari ini Nenek akan pulang lebih cepat dari biasanya karena lagi-lagi tidak memperoleh ikan.
Kirana : “ Mumpung Nenek belum pulang lebih baik aku segera menyiapkan makanan untuknya…”
( menata makanan di atas meja)
Nenek : ( Pulang dan kaget melihat Kirana)
“ Hah, siapa gadis itu?”
( Bicara sendiri lalu menegur Kirana)
“ Kamu siapa??”
Kirana : ( Menoleh kaget)
“ Aku….aku…aku Candra Kirana.”
Nenek : “ Apa? Candra Kirana? Yang benar?”
Kirana : “ Iya, aku Candra Kirana putri Raja Daha.”
Nenek : “ kalau begitu, kenapa kamu bisa ada di sini?”
Kirana : “ Andalah yang membawaku ke sini. Aku adalah keong Mas yang anda temukan kemarin, Nek…”
Nenek : “ Apa? Kamu adalah keong ma situ? Bagaimana bisa?”
Kirana : Aku dikutuk, Nek….oleh seorang penyihir. Kutukan itu atas keinginan saudaraku sendiri yang cemburu padaku.”
Nenek : ( Merasa iba)
“ kasihan sekali dirimu, Nak…Nenek tidak tahu saudara macam apa saudaramu itu, hingga tega ingin mengutukmu! Tapi namanya manusia kalau sudah cemburu,…apapun dia lakukan! Huh, cemburu memang membingungkan, juga dapat membuat orang menderita. Ya, sudah…sementara kamu boleh tinggal di sini, Nak…”
Kirana : “ Terimakasih, Nek…”
ADEGAN 6
Sementara pada saat itu di kerajaan Kahuripan, Raden Inu yang mendengar kabar tentang Candra Kirana merasa tidak percaya mendengarnya. Dan dia mencoba mencari kebenarannya untuk membela Candra Kirana.
Raden Inu : “ Tidak mungkin Candra Kirana melakukan semua ini! Pasti ada seseorang yang menfitnahnya!! Aku harus mencari tahu siapa orang itu!”
( Keluar dari Istana)
Di tengah perjalanan dia bertemu dengan penyihir.
Penyihir : ( Mengipas-ngipaskan amplop berisi uang)
“ Hwahahaha…gue dapat uang banyak hari ini!! Untung saja gue berhasil menuruti permintaan Galuh Ajeng untuk mengutuk Candra Kirana dan membuatnya batal menikah dengan Raden Inu! Dan kasihan sekali pengawal yang ikut difitnah oleh Galuh Ajeng itu, dia harus rela diusir dari istana karena dituduh bercinta dengan Candra Kirana! Hwahahahaha…”
Raden Inu : “ Apa? Apa kamu bilang? Benarkah yang kamu bilang itu?”
Penyihir : “ Yeee…lo siapa ikut-ikut campur?”
Raden Inu : “ Aku Raden Inu yang kamu maksud tadi. Jadi sebenarnya ini semua ulah Galuh Ajeng?” ( Marah)
Penyihir : “ wadduh, mampus gue!! Dia sudah dengar semuanya!!”
Raden Inu : “ Kamu ikut aku!!”
ADEGAN 7
Raden Inu yang telah memperoleh kebenaran cerita segera datang ke Istana Daha.
Raden Inu : “ Tuanku, sebenarnya apa yang terjadi pada Candra Kirana? Kenapa anda mengusirnya?”
Raja Daha : “ Saya yakin kamu tidak akan mempercayai berita ini. Dia sudah menghianatimu!”
Raden Inu : “ Tidak! Itu tidak benar, tuanku! Candra Kirana sudah difitnah oleh Galuh Ajeng!”
Raja Daha : “ kenapa kamu bicara gitu? Kamu tahu darimana?”
Raden Inu : ( Membawa penyihir kehadapan Raja Daha)
“ Ini! Ini adalah penyihir yang dibayar oleh Galuh Ajeng untuk mengutuk Candra Kirana. Dan dari penyihir inilah saya tahu bahwa Galuh Ajeng juga yang menfitnah Candra Kirana! Heh, ayo ngaku….” ( Mendesak si penyihir)
Penyihir : “ Iya, itu benar tuanku…”
Raja Daha : ( Murka)
“ GALUH AJENG!!!!”
Ajeng : “ Iya, Papa.Ada apa, kok sampai teriak-teriak gitu? Ajeng ‘kan belum budek.”
( Masuk ruangan dan kaget melihat si penyihir)
“ Loh, kamu?”
Raja Daha : “ kenapa kaget? Dia temanmu kan? Sekarang Papa sudah tahu semuanya! Kamu sudah menfitnah saudaramu sendiri! Sekarang, kamu pergi dari Istanaku! Pergi!”
( Menunjuk Penyihir)
“ Kecuali kamu!! Kamu boleh tinggal di Istana ini!”
Penyihir : “ Yang benar, tuanku?”
( Gembira)
Raja Daha : “ Iya! Tapi tinggal di penjara Istanaku! Selamanya!”
Ajeng : (Bersimpuh di kaki Raja Daha)
“ Pa, maafkan Ajeng Pa…Ajeng ngaku salah. Jangan usir Ajeng…..”
Raja Daha : “ Lenyaplah dari sini! Jangan pernah tunjukkan wajahmu itu di wilayah kerajaanku!! Raden Inu, tolong bawa mereka berdua!!”
Raden Inu : “ Baik, tuanku.”
ADEGAN 8
Setelah itu Raden Inu mengembara mencari Candra Kirana. Hingga akhirnya dia tiba di suatu Desa dan dia menemukan sebuah pondok.
Raden Inu : “ Ah,…di sana ada pondok! Mungkin aku bisa numpang istirahat di sana untuk sementara waktu dan setidaknya aku mendapat seteguk air. Aku merasa lelah sekali setelah berjalan sejauh ini.”
( Menghampiri pondok itu)
“ Permisi!!...”
Kirana : “ Iya, sebentar…”
( membuka pintu)
Raden Inu : “ Loh, kamu….Candra Kirana?”
Kirana ; “ Raden Inu? Kenapa bisa ada di sini?”
Raden Inu : “ Itu tidak penting. Yang jelas aku gembira karena sudah menemukanmu. Berhari-hari aku mencarimu. Ayo, pulang…Kebenaran sudah terungkap. Ayahmu sudah menunggu, dia tidak sabar ingin bertemu denganmu.”
Kirana : “ Terimakasih banyak, karena kamu sudah menyelamatkanku.”
Nenek : “ Siapa, Kirana?”
Kirana : “ Oh, Nenek…kenalkan ini adalah Raden Inu yang Kirana ceritakan waktu itu. Dia menjemput Kirana untuk pulang. Tapi, Kirana tidak tega meninggalkan Nenek sendirian.”
Nenek : “ Tidak apa-apa, Kirana. Kamu pulanglah, pasti kamu merindukan keluargamu.”
Raden Inu : “ Begini saja, Nenek akan kita bawa ke Istana dan hidup bersama kita bila kita nanti menikah. Nenek, ayo kita pergi ke Kerajaan Daha.”
Mereka bertiga kembali ke Istana kerajaan Daha. Tidak lama kemudian, Raden Inu dan Candra Kirana menikah dan hidup bahagia untuk selamanya.
THE END
No comments:
Post a Comment